CLEFT[5]

546 42 9
                                    

Iqbaal dan anak-anak Aligator sedang berada di markas andalannya. Sebuah gudang kosong yang mereka sulap menjadi tempat nyaman untuk berkumpul.

"Jadi, lo mau gimana sama Steffi?" Tanya Bastian sambil meminum minuman sodanya.

"Ikutin alurnya, karena ini semua cuman spekulasi gue yang masih belum ada bukti."

Iqbaal duduk tenang sambil menyender dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Bener, lebih baik jangan gegabah. Gue takutnya ada sesuatu di balik ini semua. Gue gak mau kita salah ambil keputusan," kata Bang Ki berargumen.

Iqbaal mengangguk menimpali ucapan Bang Ki. "Ndan, gue harus cabut, ada urusan," pamit Rayhan pada Iqbaal.

"Urusan apa?"

"Urusan hati," jawabnya sambil tersenyum, berharap Iqbaal mengijinkannya pergi.

"Kali-kali bawa nongki lah sama kite," kata Bastian menimpali.

Rayhan terkekeh pelan, "nantilah liat situasi." Jawabnya halus.

Iqbaal mengijinkan Rayhan untuk pergi. "Lo juga gak mau pergi buat urusan hati gitu Ndan?" Tanya Upan yang terfokus pada game onlinenya.

Iqbaal tidak begitu menggubris ucapan Upan. Ponsel hpnya berdering beberapa kali, menandakan ada whatsapp masuk. Ia membuka aplikasi itu dan mengernyit melihat kontak tidak dikenal menghubunginya.

+628-453-510-***5
Pacarlo nih, awas aja gak di save!
19.45

Iqbaal hanya membaca pesan itu tanpa minat. "Siapa Baal?" Tanya Aldi kepo.

"Orang gila," jawab Iqbaal cuek.

"Orang gila yang bikin hati sama pikiran lo ikutan gila, gitu?"

Iqbaal menatap Angga spontan dan membalas celetukan sahabatnnya itu dengan smirk andalannya. "Liat aja, permainan ini bakalan seru." Gumam Iqbaal sambil menatap satu per satu sahabatnya.

"Oke. Leet we see, lo yang kalah atau dia yang kalah. You lose, if you falling in love with her actually. Deal?"

Iqbaal mengangguk pasti. "Deal," seringainya menantang.

***

Steffi masuk ke rumah dengan wajah yang tidak bersahabat.

"Dek, kok manyun sih?"

Steffi duduk di samping Bunda sambil memeluk wanita itu. "Endy marah," gumamnya sedih.

"Kan, Bunda bilang apa tadi, jangan macem-macem. Gini kan akhirnya? Bunda bukannya mau belain Endy, tapi Bunda gak suka kalo kamu berantem sama dia kamunya jadi uring-uringan kayak gini," jelas Bunda panjang lebar.

"Kan Adek kesel Bun sama dia."

"Kesel boleh, tapi sikapnya dijaga."

Steffi menatap Bundanya penuh arti. "Bantuin bujukin yuk Bun," pintanya dengan mata jahil.

"Terus kamu tadi pulang naik apa?"

"Ojol. Dipesenin dia."

"Segitu marahnya ke kamu Dek?"

"Iya Bunda, nyebelin banget kan. Heran."

Bunda mengelus lembut pucuk kepala Steffi. "Udah, biarin dulu. Ntar juga baik sendiri. Kamu kayak gak tau dia aja Dek. Mana bisa marah sama kamu lama-lama?" Saran Bunda pada Steffi. "Mending sekarang kamu mandi terus makan malam sama Bunda. Udah jam segini juga, baru pulang."

Steffi akhirnya beranjak dari duduknya dan menuju kamarnya yang dilantai atas. Gadis itu tak sengaja melihat pigura kecil di nakas samping tempat tidurnya. Steffi meraih pigura itu dan mengusapnya lembut.

CLEFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang