CLEFT [42]

396 44 40
                                    

Jangan lupa comment bawelnya tiap dialogggg

Karena komentar kalian, penyemangatttkuuww

***

Steffi menunggu jemputan Endy di depan halte. Iqbaal tidak jadi ikut buat jemput Bunda, karena tuh cowok masih sibuk ngurusin si Shasha. Berhubung Steffi emang males ribut sama Iqbaal, jadilah ia biarkan saja.

Sebuah motor berhenti di depannya dengan seorang gadis yang dibonceng. Steffi memutar bola matanya malas. "Gue nganterin Shasha dulu, nanti gue nyusul ke rs." katanya sambil membuka kaca helmnya.

"Iya." jawab Steffi seadanya.

"Lo dijemput siapa?" tanya Iqbaal lagi.

"Kalo gak Endy ya Bani biasanya."

Iqbaal mengangguk kecil. Tangannya yang tadinya berada di atas stir dua-duanya, kini salah satunya meraih tangan Steffi agar gadis itu mendekat. "Jangan sama Ajil!" kata Iqbaal memperingatkan.

"Lah kenapa?"

"Gue gak suka."

"Lo aja sama Shasha, kenapa gue gak boleh sama Ajil?"

"Gak usah bacot. Gue bilang jangan sama Ajil ya jangan. Ngerti gak?"

"Baal, aku pusing," kata cewek yang ada diboncengan Iqbaal. Iqbaal mengangguk singkat. "Gue gak segan-segan habisin Ajil kalo sampe lo sama dia." kata Iqbaal menegaskan. Lalu memacu motornya pergi dari sana.

Steffi mengelus dada. Pacaran sama Iqbaal benar-benar menguras emosi dan pikirannya. Akhir-akhir ini sepertinya Iqbaal sangat sensitive dengan Ajil. Aneh.

Tidak lama gerombolan anak-anak dengan hoodie hitam polos berhenti serentak di sekitar halte. "Gue kelamaan, heum?" tanya salah satunya sambil melepaskan helm full facenya.

Steffi menggeleng, matanya menatap Afi yang ada diboncengan Bani. "Fi, kok lo sama Bani gak sama Endy?" tanya Steffi heran.

Afi membuka kaca helmnya dan tersenyum manis kepada Steffi. "Biar kamu bisa diboncengin sama Endy, Steff. Gak papa kok aku sama Bani, Endy juga gak papa. Ya kan sayang?" kata Afi yang meminta persetujuan Endy.

"Lo turun gih, sama Endy sana. Biar gue yang sama Bani."

"Eh jangan, gak papa kok, aku sama Bani aja. Lagian selagi kamu bisa sama Endy, kenapa harus sama Bani."

Steffi mendekat ke motor Bani dan menatap Afi lekat. Afi baik, lembut, dan begitu pengertian. Kenapa Steffi harus terus-terusan menganggap Afi parasit.

Steffi menyentuh pelan pundak Afi. "Lo sama Endy aja Fi. Biar gue yang sama Bani." kata Steffi lagi.

"T-tapi,"

"Lo pacarnya Endy, Afi. Gue ngerti kok."

"Kamu sepupunya Endy."

"Ya terus kenapa kalo gue spupunya Endy? Lo pacarnya, tetep lo yang lebih berhak kok Fi. Udah sana turun, terus naik ke motornya Endy. Ya masa lo sama Bani sih?"

Afi turun dari motor Bani dan menatap Steffi lembut. "Beneran gak papa, Steff?" tanya Afi memastikan lagi.

"Iya."

Afi tersenyum, mengucapkan terimakasih pada Steffi, lalu naik ke motornya Endy.

"Ban, gue sama lo gak papa kan?" kata Steffi meminta izin sebelum naik ke motor Bani.

"Santai, Dek. Ayo sama gue." kata Bani dengan lembut. Akhirnya Steffi naik ke atas motor Bani.

Netra mata Steffi tidak sengaja bertatapan dengan netra milik Ajil. Steffi tersenyum manis kearah cowok itu, dibalas senyum tipis oleh Ajil.

CLEFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang