#24 :: TITIK TEMU
Laki-laki di hadapanku saat ini, benarkah dia menyayangiku seperti katanya?*
Sebagai penikmat novel romansa, sering kali aku berkhayal bahwa salah satu tokoh di dalamnya akan tiba-tiba ada di depan mata, tidak usah dinyata, minimal dalam mimpi, mengatakan kalimat andalannya pada si pemeran utama wanita yang bisa buat jatuh cinta.
Sebagai penikmat novel romansa, aku belajar bahwa setiap kisah cinta itu istimewa, entah antara dokter dan tentara, raja dan polisi, sampai pejalan kaki dan pengendara motor---maksudku, siapapun pemerannya, semua kisah cinta itu tidak ada yang biasa.
Dan sebagai penikmat novel romansa juga, aku sadar bahwa kelak nantinya jika lembaran baru dari kisah cintaku sudah dimulai, aku hanya ingin ada aku dan dia, mengisi setiap lembar dalam buku cerita kami hingga akhir, tanpa konflik dramatis semacam pertentangan orangtua apa lagi orang ketiga.
Meski kebanyakan dalam baris-baris cerita yang kubaca, kisah cintanya akan lebih indah saat pemeran utama berhasil melewati masa-masa sulit bersama, tapi aku tidak mau jadi mereka. Aku hanya ingin kisah cintaku diisi pertikaian kecil seputar si pria yang terlalu sibuk dengan game sampai lupa memberi kabar, atau si wanita yang tidak ingat ulang tahun pasangannya. Biasa memang, tapi aku lebih suka begitu, tanpa derai air mata atau penyesalan. Meski siapapun tahu, cinta itu hadir sepaket dengan luka.
Ah, aku belum pernah sesakit kepala ini bahkan saat diputusi seseorang bertahun-tahun lalu. Kalau tidak ingat ada kuis, mungkin aku dengan gampangnya melanjutkan tidur sampai sore, tapi mengingat seberapa ketat penilaian Bu KJ, mana mungkin aku berani, kecuali kalau ada jaminan saat UTS dan UAS nanti isi kepalaku terisi penuh oleh materi komunikasi dalam organisasi tanpa perlu repot-repot belajar.
Serius, jadi orang bego yang gengsinya tinggi itu sulit. Di satu sisi, aku sadar diri kalau kapasitas otakku tidak di atas rata-rata, sementara di sisi lainnya, aku tidak sudi membayangkan kalau nilai C milikku yang sudah mendekati selusin itu bertambah.
"Udah lewat dua menit, ayo kumpulin sekarang. Percuma ditunda-tunda kalo soalnya cuma kalian pelototin doang, gak akan keisi sendiri. Saya juga ada kelas lagi setelah ini. Ayo cepet-cepet."
Suara Bu KJ yang tanpa tarik urat itu jelas lebih nyelekit dari pada teriakan Pak Jum saat sekelas tidak ada yang bawa laptop padahal dia mau mengajarkan tata cara penggunaan Microsoft Access. Meski semua tahu kalau dosen perfeksionis itu paling handal soal sindir-menyindir, tapi tetap saja kami tidak pernah bisa menjadi biasa mendengarnya, dan berakhir menghela napas pasrah berjamaah pada tiga soal yang masing-masing beranak lima itu.
Aku melirik sekilas pada Bu KJ saat mengumpulkan lembar jawaban, berusaha menilai raut wajahnya yang datar tapi judesnya luar biasa, seakan tidak ada yang bisa melampaui standar hidupnya kecuali dia dan laki-laki yang berhasil jadi suaminya setelah pacaran sebelas tahun menurut rumor---gila, itu kalau pacaran sambil nabung, mungkin sudah bisa beli rumah beserta isinya, asal nabungnya jangan sehari seribu aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEM Playlove [✓]
Fanfiction"Harusnya dari awal kita fokus bangun BEM, bukan perasaan." --- start: 20/05/2020 end: 26/05/2021 ©Kharisma Dee, 2020