Katanya banyak yang kangen, ya?
Banyak yang nungguin juga?
Coba kasih tahu udah berapa kali ngulang baca cerita ini?
Kasih tahu juga kalian tim gercep baca update-annya atau tim telat liat notif?*
45 | NOMOR URUT SATU
Getar alarm di nakas samping ranjang mengusik Anggia dari tidurnya, setengah sadar ia melirik tangan yang menindih perutnya, memindahkannya perlahan tanpa berniat membangunkan laki-laki yang matanya masih terpejam itu.
Dengan rambut diikat asal-asalan, ia menekan saklar lampu ruang tengah sampai dapur, meraih teko lalu merebus air secukupnya. Dengan langkah gontai ia mendekati kulkas, mencari bahan-bahan yang bisa ia gunakan untuk membuat sarapan.
"Masak apa, ya?" tanyanya di antara hening. Akhirnya ia tahu bagaimana perasaan Bunda dulu, bingung mau masak apa.
"Maaa," suara serak menarik perhatian Anggi, kepalanya menoleh cepat lantas mendapati seorang anak laki-laki dengan baju tidurnya, memeluk erat boneka jerapah sambil mengucek kelopak mata yang masih lengket satu sama lain itu.
"Pintarnya anak Mama sudah bisa bangun sendiri," Anggia meraih tubuh mungil Juna yang langsung mencari tempat ternyaman di antara tengkuk lehernya.
"Juna, mau bawa bekal apa hari ini?"
"Tidak tahu," balas Juna terbata juga pelafalannya yang masih sedikit kurang jelas.
"Tidak tahu?" Anggia mengecup gemas bahu Juna. "Mama yang pilih aja, boleh?"
Juna mengangguk pelan. "Papa, sudah bangun?"
"Belum. Juna mau bangunin Papa?"
"Hm," sahut Juna, membuat Anggia menurunkan anak itu dari gendongannya. Dengan langkah-langkah kecilnya, Juna meninggalkan dapur diikuti tatapan Anggia sampai putranya itu menghilang di belokan menuju kamarnya.
Juna sedikit berjinjit, meraih kenop pintu kamar Mama-Papanya lantas menghela napas panjang saat ruangan itu sangat gelap juga sedikit berantakan, seperti beberapa helai pakaian yang tergeletak di lantai.
Tangan mungil Juna berpegangan pada selimut lantas merangkak naik, duduk bersimpu di samping Papanya yang masih tidur pulas.
"Papa, bangun, Pa," panggil Juna, menarik selimut yang menutupi setengah tubuh Papanya yang kini mulai bergerak. "Papa kenapa tidak pakai baju? Cuma pakai celana saja seperti mau berenang?"
Setengah sadar, Jaehyun mengulas senyum masih dengan mata terpejam lantas meraih Juna agar ikut berbaring di sampingnya, membuat tubuh mungil itu seperti hilang di antara lengan Jaehyun.
"Papa gerah semalam, sayang."
"Tapi semalam hujan besar, Pa. Dan kalau gerah itu bukan bajunya yang dibuka, Pa. Tapi ACnya yang dinyalakan kata Mama. Masa Papa tidak tahu sih. Papa-papa," Juna menggeleng heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEM Playlove [✓]
Fanfiction"Harusnya dari awal kita fokus bangun BEM, bukan perasaan." --- start: 20/05/2020 end: 26/05/2021 ©Kharisma Dee, 2020