B-P #22

4.1K 585 75
                                    

#22 :: SETELAH 4 SEMESTER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#22 :: SETELAH 4 SEMESTER

Setelah empat semester, gue mau jujur sama lo, Nggi. Perasaan gue buat lo, udah lama berubah

*

Sesi tiga hari ini harus selesai pukul 15.30 dan tidak boleh lebih, tapi akan sangat menyenangkan kalau kurang. Pasalnya aku tidak mau membuat yang lain menunggu lebih lama lagi.

Pak Jum sedang menulis beberapa tahapan masuknya informasi dalam sebuah perusahaan tekstil, bersanding dengan toko jahit Bu Soleh yang kami yakin fiktif karena hanya sebagai pembanding bagaimana alur sistem informasi dalam perusahaan berskala besar dan kecil.

"Sampai sini ngerti perbedaannya?" tanya Pak Jum sambil menatap para mahasiswa yang posisi duduknya beragam, mulai dari yang menyandar dagu di kepalan tangan sampai yang hampir terkantuk meja, sebab kelas pukul satu siang sampai menjelang sore adalah cobaan terbesar, selain karena dimulai setelah jam makan siang, kelasnya akan selesai bersama semerbak angin menjelang sore---waktu yang tepat untuk tidur.

"Ngerti, Pak!" semua dari kami berseru percaya diri, meski aku yakin tidak semua mengerti, misalnya aku.

"Bener? Kalau begitu saya kasih tugas, ya?"

Kali ini semua diam, dan mulai cenge-ngesan.

"Jadi ngerti, gak?" Pak Jum bertanya lagi.

"Ng-nger-gak, Pak!" jawaban kami mulai terpecah belah.

Pak Jum tiba-tiba tertawa dan berhasil memicu reaksi gemas kami yang didominasi kaum perempuan, berseru iri pada istri sang dosen SIM yang dianggap beruntung karena bisa melihat tawa manis itu setiap hari dimulai dari bangun tidur.

"Cakep banget, ih!" Yeri merangkul lenganku sementara Mark berjengit geli.

"Banget! Kepala empat aja masih cakep, apa lagi pas muda ya, Yer?" balasku membuat Yeri mengangguk setuju.

"Katanya gak suka cowok cakep lo, Nggi!" sela Mark sinis.

"Selera bisa berubah tergantung situasi dan kondisi," candaku, membuat Mark menatapku heran.

"Gue juga gak suka cowok tua, tapi kalo kaya Pak Jum, bisa dibicarakan baik-baik," Yeri menambahkan.

Aku mengangguk setuju sementara Mark melengos, merapikan peralatan belajarnya karena Pak Jum memutuskan menutup kelas tanpa tugas dengan senyum yang masih terkembang di wajahnya---sepertinya mood dosen kami satu itu sedang bagus, karena tidak biasanya beliau sesantai ini saat mengajar.

"Lo berangkat bareng siapa, Nggi?" tanya Yeri begitu kami bertiga berjalan menuruni tangga.

"Bareng Kak Doy. Lo?"

Yeri menyentak kepalanya ke bagian kanan, menunjuk Mark yang langsung memicu tatap curiga dariku.

"Cieee, udah baikan nih ceritanya?"

BEM Playlove [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang