B-P #32

3.1K 508 105
                                    

#32 :: PERCAYA KATANYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#32 :: PERCAYA KATANYA

Apakah makna percaya sudah bergeser menjadi sebuah kebohongan juga tindakan tanpa sepengetahuan? Kalau iya, aku tidak mau dia percaya padaku

*

"Kak, lo gak mati, 'kan?"

"Kak Anggi?"

"Masih napas kok tapi."

"Hadeh, udah bagus gue kasih sandaran buat nangis, malah tidur lagi lo."

"Kak Anggi? Buset dah!"

"Semenit lagi gak bangun juga, gue seret ke kamar mandi, ya?"

Suara-suara itu bergema samar di telingaku, merangsang mata yang rasanya sangat lengket juga berat.

Perlahan aku memaksa kelopak mataku terbuka, membiarkan semburat cahaya tidak terlalu terang menyentuh indra lihatku.

Sebuah erangan meluncur pelan saat gelenyar perih menjalar ke seluruh tubuh dan berkumpul di ulu hati, membuatku merasakan sesak luar biasa bahkan hanya untuk menarik oksigen yang rasanya hampir hilang.

"Kak Anggi?"

Suara yang sama membuatku menoleh ke samping lantas menemukan Jaemin di sana.

"J-jaemin?" gumamku dengan suara serak selagi menatapnya bingung.

"Terus sape? Draco Malfoy?" Jaemin memutar jengah bola matanya.

Aku tidak peduli dengan candaannya, bukan itu fokusku sekarang, karena sebentar, apa aku baru saja pingsan setelah... ah, memikirkannya saja sudah membuat mata terasa panas, setelah permintaan putus di antara gerimis tadi?

"Masuk aja, kita di dapur," Jaemin bicara pada ponsel di pipinya. Setelah menyimpan benda elektronik itu, dia menatapku seraya menggeleng kepala. "Jelek banget muka lo."

Ejekannya tidak membuatku emosi karena seluruh otakku sedang bekerja keras memikirkan banyak hal. Kenapa aku di sini? Duduk di lantai bersama adikku yang kini sibuk memijat bahu kirinya.

Aku berniat bertanya pada Jaemin, tapi panggilan seseorang menghentikanku.

"Anggia,"

Jaemin melambai pada seseorang di belakangku, tidak sadar bahwa kakaknya sedang membeku di tempat ketika menyadari siapa pemilik suara barusan tanpa perlu repot-repot menoleh.

Aku bisa merasakan beberapa bulir keringat meluncur di punggung, sangat kontras dengan telapak kaki juga tangan yang terasa dingin.

"Nggi," ulangnya, membuat jantungku mulai berdetak cepat.

Dia bersimpuh di samping tubuhku, membiarkan tangannya yang terasa hangat menyentuh lenganku.

Dengan gerakan sangat lambat, aku menoleh padanya, menatap nanar wajah di hadapanku yang terasa seperti sebuah bunga tidur. Apa ini ilusi?

BEM Playlove [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang