#15 :: STARLA
Hi, Jae. I miss you
*
Dua tanganku mulai gemetar selagi membuka file PowerPoint di bawah pengawasan mata tajam Pak Minho yang berada di balik kacamata.
Dibalut kemeja putih panjang yang lengannya digulung sampai siku, Pak Minho membiarkanku mengambil alih bagian depan ruang kelas sementara beliau duduk di paling belakang. Selain untuk membuatku fokus pada seluruh audiens, beliau sengaja duduk di sana guna memperhatikan mahasiswa lain agar tidak sibuk ngobrol atau main ponsel secara sembunyi-sembunyi.
Selagi menunggu program kerja besutan Microsoft itu terbuka sempurna, aku kembali melihat catatan dalam binder yang sudah aku pelajari semalaman---iya, aku begadang lagi demi presentasi bab satu seminarku hari ini.
Jujur, dari semua kemungkinan, aku selalu menghindari jadi yang pertama juga terakhir. Benar, aku adalah mahasiswa pencari aman yang selalu berdoa masuk jajaran tengah setiap disuruh maju presentasi.
Sebenarnya, bukan karena aku tidak percaya pada kemampuan sendiri atau ke-akuratan bahan dalam penelitianku, hanya saja suasana hati Pak Minho sedang tidak baik sama sekali hari ini.
Tadi, tepat sebelum kelas dimulai, Park Woojin datang dengan cara paling heboh bersama berita terhangat di SM. "Sumpah ada yang ngaduin Pak Minho karena nyulitin pas bimbingan?" Mark mengulangi pernyataan Woojin yang kini mengangguk antusias.
"Siapa yang ngaduin, Jin?" aku yang ikut mengelilingi Woojin terlanjur penasaran.
"Masih rahasia, Nggi. Soalnya, anaknya ngadu langsung ke Kaprodi," Woojin dan bulir keringat di dahinya buat jantungku semakin berdebar.
"Emang dia diapain sampe ngadu ke Kaprodi?" Ralin yang berdiri di sebelahku ikut menginterogasi sumber informasi kami.
"Katanya tuh anak udah dua semester skripsi bareng Pak Minho, tapi masih stuck di bab satu. Terus dia ngerasa di anak tirikan gitu karena kena bentak mulu setiap bimbingan," papar Woojin.
"Emang anaknya aja kali yang males," komentar Mark.
"Eh, tapi bisa aja karena Pak Minho yang dendam gitu. Dia, 'kan orangnya ingetan banget, apa lagi sama mahasiswa yang males," sanggah Winata.
"Ya, intinya mahasiswanya aja, 'kan yang males?" kekeh Mark.
"Gak gitu ya, Mark. Banyak kok mahasiswa yang gak males tapi pas skripsi jadi sering stuck karena Dosbing. Semacam gak cocok dari segi komunikasi," aku menengahi.
Dan setelah percakapan genting tadi, Pak Minho datang ke kelas dengan wajah masam, beliau tidak lagi berbasa-basi sebelum mulai mengajar seperti menceritakan perkembangan buah hatinya atau bagaimana keluhan istrinya karena harga cabai naik.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEM Playlove [✓]
Fanfiction"Harusnya dari awal kita fokus bangun BEM, bukan perasaan." --- start: 20/05/2020 end: 26/05/2021 ©Kharisma Dee, 2020