B-P #29

3.1K 491 59
                                    

#29 :: HABIS HUJAN TERBITLAH DIA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#29 :: HABIS HUJAN TERBITLAH DIA

Sontak aku menoleh ke arah sumber suara untuk mendapati seorang perempuan yang wajahnya sedikit mengingatkanku pada seseorang

*

"Gue mau lo," katanya lalu disusul suara petir yang menyambar, buatku melompat kaget dan tanpa sadar menjadikan dadanya tempat berlindung.

Anggia, gila lo ya!

Aku baru mau menarik diri, tapi tangan Gatan lebih cepat melingkar di antara bahuku.

"Inget gak, gue pernah bilang kalo lo gak bakal kesamber petir karena ada banyak hal yang lebih tinggi dari lo?" suara parau yang sedikit terkekeh itu bersaing dengan hujan. "Dan waktu itu, lo langsung nonjok perut gue," lanjutnya seraya mengusap pelan helaian rambutku.

"Dan masih sama kaya sekarang," kataku lalu melayangkan tinju ke perutnya yang justru buat buku-buku jariku berdenyut. Tapi tidak masalah. "Kayanya lo kebanyakan belajar sampe gak waras deh, Tan!" semburku setelah berhasil lepas.

Gatan memegangi perutnya, wajahnya seperti menahan nyeri tapi bibirnya justru menyunggingkan senyum. Gila beneran kayanya.

"Gue lebih suka dipukulin sampe babak belur daripada didiemin sama lo," Gatan menyeka wajahnya yang sepenuhnya basah berkat air yang mengalir dari rambutnya.

"Next time gue bikin babak belur, Tan. Sumpah."

"Berarti ada lain kali ya, Nggi?" senyumnya terkembang semakin lebar.

Aku menatapnya nyalang, mencoba memahami isi kepala Gatan. "Sekali lagi lo ikutin gue, gue bakal lapor polisi."

Dia berusaha meraih tanganku, tapi aku lebih cepat menghindarinya. "Ujan, Nggi. Gue anter balik, ya?"

"Mau ujan batu sekalipun gue gak bakal sudi!" setelah meneriakinya, aku langsung berlari sekuat tenaga, menembus tirai hujan yang terasa lebih tajam dari biasanya.

Setelah berlari hampir sepuluh menit tanpa sekalipun menoleh, aku memutuskan mengistirahatkan kaki. Ralat, kakiku yang memaksa berhenti di depan sebuah mini market.

Aku mengangkat dua tanganku, memperhatikan jemarinya yang bergetar lalu memeluk diri. Dan setelahnya air mataku justru mengalir, lebih deras dari hujan yang hanya tersisa rintikan.

Aku tidak sangka Gatan bisa senekat itu. Bagaimana bisa dia mengatakan keinginannya tanpa mempedulikan masa lalu kami? Meskipun aku sudah membuka lembaran baru, tapi bagaimanapun juga lembaran dimana ada dirinya masih ada. Dan hari ini, dengan seenaknya Gatan merobek lembaran usang itu lalu memindahkannya ke tempat yang baru.

*

Semerbak aroma tanah setelah diguyur hujan menyentuh hidungku, sesuatu yang disukai beberapa orang termasuk aku. Kalau ditanya kenapa bisa, aku tidak punya jawaban pasti, tapi rasanya menenangkan.

BEM Playlove [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang