#39 :: MENJELANG AKHIR
Aku menoleh, menatap pemilik tangan yang sedang menoleh padaku juga. Buatku batal melepas tautan jemari kami lalu tersenyum kecil
*
Kalau ditanya bagaimana perasaanku sekarang, maka dengan tenang hati akan kujawab, aku baik-baik saja. Aku sudah sembuh. Tidak sepenuhnya, tapi aku sudah sembuh. Seperti luka yang didapat saat jatuh dari sepeda, meski rasanya tidak sakit lagi, tapi bekas lukanya tetap di sana. Tapi tidak apa-apa, lagian lukaku bukan hanya karena jatuh dari sepeda. Tapi ada yang dari bermain lompat tali, kena knalpot, atau saat latihan mengendarai motor. Iya, aku sudah bisa mengendarai motor sendiri! Dan itu semua berkat Jaemin.
Meski anak itu mengajariku sambil marah-marah setiap hari karena aku lebih banyak teriaknya dari pada mengendarainya, adikku itu tetap mengajariku di lapangan dekat rumah dengan iming-iming dua puluh ribu sekali ajar. Dasar perhitungan.
Dan sejak dua bulan yang lalu, aku sudah mendapatkan SIM atas namaku sendiri, membuatku bebas berkeliaran di jalanan dengan scoopy cokelat yang kini terparkir rapi di antara jajaran motor lainnya.
Dengan gerakan tergesa aku merogoh tas, mencari kunci motor lalu mulai menyalakan mesinnya seperti dikejar setan. Sebenarnya bukan setan, tapi Jaehyun. Dan bukan dikejar juga sih, tapi aku hanya ingin menghindarinya. Menghilang dari jangkauannya, karena percaya atau tidak, satu-satunya yang aku ingat dari seminar hari ini adalah... tidak ada. Lagian siapa juga yang bisa fokus mendengarkan materi soal perkembangan industri di era 4.0 saat seseorang yang duduk di sebelahku adalah Jaehyun? Tepatnya, si mantan pacar.
Aku menghela napas lega saat berhasil keluar gerbang, membuatku merapikan posisi duduk juga melemaskan bahu yang rasanya begitu kaku, sampai mata minusku tiba-tiba menangkap keberadaan seseorang.
Kemeja merah maroonnya masih begitu melekat di dalam ingatan meski aku tidak bermaksud memperhatikannya saat kami bertemu tadi. Tapi, kenapa dia di situ? Berdiri sambil menyandarkan pinggang di motor yang terparkir di jalan. Kepalaku kontan menggeleng, berusaha untuk tidak turut campur dengan laki-laki yang wajahnya sangat serius selagi memainkan jemari di atas layar ponsel.
Gak liat, gak liat, gak liat...
"Jaehyun!" teriakku akhirnya. Bego.
Kepala Jaehyun kontan mendongak, sedikit terkejut saat menyadari keberadaanku tidak sampai satu meter di depan motornya.
"Ngapain lo?!" tanyaku lagi masih duduk di atas motor, hanya menolehkan kepala juga tubuhku sedikit.
Tiba-tiba Jaehyun berlari mendekat, memperhatikan keberadaanku setiap inchinya seolah tidak percaya apa yang sedang dilihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEM Playlove [✓]
Fanfiction"Harusnya dari awal kita fokus bangun BEM, bukan perasaan." --- start: 20/05/2020 end: 26/05/2021 ©Kharisma Dee, 2020