B-P #31

2.9K 502 99
                                    

#31 :: HUJAN PUKUL SEPULUH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#31 :: HUJAN PUKUL SEPULUH

Jemarinya menumpu di antara jemariku, sama-sama merasakan dinginnya es batu yang perlahan mencair

*

"Anggia, udah dong," Sejeong menempatkan telapak tangannya di bawah kepalaku yang sedari tadi sengaja aku benturkan ke meja, tidak terlalu keras tapi cukup untuk membuat orang di sekitar kami menatapku aneh. "Ada masalah apa sih, Nggi?" tanyanya mulai frustasi.

Aku menghela napas dalam hanya untuk membuat dadaku terasa nyeri dan rasanya sangat mengganggu.

"Berantem sama Jaehyun, ya?" tebaknya.

Kepalaku berhenti bergerak lantas mendongak, memusatkan netraku pada Sejeong yang wajahnya dikaburkan air yang sudah menggenang di pelupuk mataku. Aku mengangguk pelan, lalu tanpa sengaja membiarkan setetes air mata lolos ke pipi begitu saja.

"Ya ampun, Anggi!" lirihnya kemudian berpindah duduk ke sebelahku, memberiku pelukan di antara bahu lalu mengusap helaian rambut yang justru membuatku semakin terisak.

"Gue egois banget, Kak," kataku nyaris tanpa suara. Sesuatu yang pahit tiba-tiba menyebar di rongga mulut begitu aku melanjutkan. "Gue... gue gak mau kehilangan Jaehyun atau Kak Doy."

Usapan Sejeong semakin gencar, selaras dengan tangisanku. "Lo gak akan kehilangan mereka, Anggia. Mereka sayang sama lo."

"Tapi Jaehyun mau gue milih," kataku terasa sangat pahit. Aku melepaskan dekapan Sejeong kemudian menghapus kasar air mata yang mengaliri pipiku. "Gue harus gimana?"

Sejeong menghela napas dalam, lalu merapikan helaian rambut di sisi wajahku kemudian bicara lembut. "Jaehyun cuma cemburu, Nggi."

"Yang berarti dia belum percaya sama gue, 'kan Kak?"

Sejeong menggeleng pelan. "Justru karena dia gak mau kehilangan lo. Dia sayang sama lo, Nggi."

Aku menunduk, membiarkan setetes air mata menyentuh tanganku. Aku memeluk Sejeong, bersembunyi di bahunya saat air mataku semakin gencar jatuh selagi tatapan dingin Jaehyun sore kemarin terputar lagi dalam kepalaku.

*

Matahari sudah mulai terbenam, membiarkan semburat oranye menguasa langit di atas kepalaku, sangat cantik dan aku tidak peduli.

Sambil berjalan gontai ke ruang BEM untuk mencari keberadaan Jaehyun yang seakan ditelan bumi sejak kemarin, aku mulai menyortir banyak kalimat dalam kepalaku, berharap bahwa apapun yang akan aku katakan padanya nanti dapat membuat hubungan kami membaik.

"Kak Anggi, ya?" seorang perempuan menghadang langkahku begitu aku sampai di lantai tiga.

"Iya, kenapa ya?"

BEM Playlove [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang