B-P #38

3K 518 84
                                    

#38 :: LOMPATAN WAKTU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#38 :: LOMPATAN WAKTU

Semua waktu yang tidak diceritakan sebaik adegan-adegan lain kebanyakan bukannya tidak bermakna, namun bisa dianggap sebagai adegan yang tidak terlalu diingat oleh si peran utama. Atau mungkin tidak ingin diingat. Sesuatu yang terlalu biasa, atau bisa juga sesuatu yang terlalu pahit

*

Jantungku berdegup sangat kencang selagi berdiri dengan sekujur tubuh gemetar di hadapan tiga orang yang duduk dengan wajah serius. Satu di antaranya adalah dosen pembimbing skripsiku, Pak Minho. Sementara di bagian tengah ada Bu KJ sebagai dosen wali sekaligus ketua penguji sidang skripsi hari ini, dan yang terakhir, satu-satunya yang menatapku dengan senyum tertahan, seakan mentertawakan rasa gugupku yang mungkin berlebihan di matanya, mata seorang Pak Jum.

Bu KJ baru saja melirikku dari balik kacamatanya. Wajahnya yang datar buat sepuluh jemari tanganku saling bertautan, berbagi keringat dingin yang tidak henti-henti bermunculan.

"Anggia Ahn, mahasiswa jurusan ilmu manajemen komunikasi dengan NRP 2016135005. Apa betul?" tanya Bu KJ datar.

"Betul, Bu."

Bu KJ melepas kacamatanya, menoleh pada Pak Minho yang hanya menghela napas berat lalu beralih pada Pak Jum yang hanya mengedikkan bahu pasrah. Sebentar, apa maksud semua tanda itu? Apa aku tidak lolos ujian sidang skripsi?

"Jadi Mbak Anggia, dengan menyesal saya nyatakan bahwa kamu," jeda Bu KJ, membuatku hampir pingsan, "... lulus sidang skripsi semester genap 2019-2020."

Pupil mataku langsung melebar, menatap Bu KJ setengah tak percaya. "Beneran, Bu?!" tanyaku, tidak sadar bahwa aku baru saja berteriak pada Bu KJ yang tiba-tiba tergelak. Sesuatu yang jarang dosen perfeksionis itu lakukan.

"Iya, Mbak. Selamat, ya!" Bu KJ memberiku tepuk tangan masih dengan kekehan yang membuat wajahnya 180 derajat berbeda dari sebelumnya.

"Selamat ya, Anggia!" sambung Pak Minho tersenyum bangga.

"Udah jangan tegang gitu mukanya, orang tadi kamu presentasinya bagus jugaan," timpal Pak Jum tertawa paling lebar.

Seketika kakiku seperti berubah menjadi lelehan jeli, membawaku bersimpuh di lantai sambil memegangi dada, tempat di mana jantungku berdetak dengan irama cepat namun dengan perasaan yang berbeda. Aku bersyukur, senang, dan tidak percaya. Bun, Yah, Anggi lulus!

Setelah menerima ucapan selamat juga petuah dari tiga penguji sidang skripsiku, aku melangkah keluar, sedikit berlari sebenarnya.

"Anggia, selamat woy!" sambut Mark begitu aku mendorong pintu sampai terbuka.

BEM Playlove [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang