BEFORE AND AFTER EVERYTHING

2.9K 371 96
                                    

043|PADA AKHIRNYA

"Anggia,"

Kepalaku yang semula tertunduk selagi merasakan gugup kontan menoleh, membuat seorang wanita setengah baya yang semula sibuk merapikan bagian bawah gaunku sedikit terkejut.

"Kak Doy!" sambutku sumringah, membiarkan rasa gugup yang semula hinggap langsung pudar.

"Kok ke sini sih mas? Pamali loh mas, mbak ketemu sebelum ijab kabul selesai," kata si ibu.

"Gapapa, Bu. Cuma sebentar," sanggahku. Membuat si ibu hanya geleng-geleng kepala kemudian pamit mengambil buket bunga yang akan kubawa nanti.

"Nggi," sapa Doyoung, menatapku dengan mata sayunya.

"Hm?" balasku tersenyum.

"Kasian MuA nya, pasti susah nutupin muka jelek lo," ujar Doyoung yang sudah pasti langsung mendapat hadiah pukulan di bahunya.

"Sialan lo," sungutku.

Doyoung terkekeh sebelum akhirnya bicara dengan nada serius, "Bercanda, Nggi. Lo cantik, selalu cantik."

"Gue tau, selalu tau karena kalo nggak mana mungkin lo mau---"

Suara pintu yang terbuka menarik perhatian kami.

"Nggi---loh Doyoung kok di sini?" sela Bunda begitu menyadari siapa yang ada di hadapanku. "Harusnya kamu siap-siap di meja ijab kabul loh Doy, penghulunya udah dateng itu."

Doyoung terkekeh bersamaku. "Lima menit, Bun."

"Kalian ini," balas Bunda menggeleng kepala sebelum akhirnya kembali meninggalkan kami.

"Jadi?" tanyaku menarik perhatiannya.

"Makasih ya Nggi," katanya dengan suara pelan. "Makasih udah mau nunggu gue selama ini, bahkan memperjuangkan hubungan kita."

Sesuatu yang panas mulai terasa di sudut-sudut mataku. Ya Tuhan, jika aku menangis, pasti penata riasku akan mengamuk lagi. Setelah Bunda, Bang Baekhyun, dan Jaemin, sekarang giliran Doyoung yang akan membuat Mbak Ajeng misuh-misuh karena untuk ke sekian kalinya harus merapikan kembali riasan di wajahku.

"Gue yang bersyukur karena lo ada di sini hari ini, sama gue."

Doyoung menempatkan tangannya di atas puncak kepalaku, mengusapnya lembut. "Senyum, Nggi. Yang harusnya tegang itu bukan lo."

Aku menggeleng, kemudian memeluk Doyoung pelan. Tidak ingin merusak jas hitamnya karena make up 'ku yang bisa saja menempel di sana, lalu menangis. Lagi.

"Gue bahagia banget punya lo di hidup gue, kak."

Aku bisa mendengar suara senyum Doyoung sebelum ia menepuk punggungku pelan. "Gue juga."

*

Aku mengapit lengan Bunda sangat erat, membuat perempuan yang bagai malaikat di hidupku itu memberi senyum simpul yang selalu menenangkan.

"Senyum sayang. Bunda gak akan biarin kamu jatuh," katanya.

Aku menarik napas panjang kemudian tersenyum dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Makasih Bunda."

BEM Playlove [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang