"nya, stop!" titah mark. mark ngangkat telponnya. hape gue mati tadi, sebel banget.
"iya mark pulang, bunda. anya sama mark kok." ujar mark.
gue mengernyitkan alis. gue menatap mark lekat, meminta jawaban atas rasa penasaran.
"ayah kecelakaannya" ujar mark kecil. gue nggak ngomong apa-apa. gue langsung ditarik mark buat turun dari lantai atas ke lantai basement.
gue ketawa. "lo bohong ya? tadi pagi gue liat ayah, mark. lagi berantem sama teh lisa" ujar gue setelah mark masang seatbelt.
mark menggeleng. "serius, nya." ujar mark. gue nangis.
"ayah gapapa kan?" tanya gue. mark mengangguk. "ayah gapapa, ayah ada sama kita" ujar mark meyakinkan gue.
gue menyembunyikan wajah gue ditangan. mark ngusap kepala gue. "trust me please, you have me" ujar mark.
gue menggelengkan kepala. "mark, tadi pagi ayah berantem sama teh lisa gara-gara soal club kemarin. trus kenapa tiba-tiba dirumah sakit?" tanya gue merancau.
mark ngebut banget. gue nggak takut kayak biasanya. gue malah pengen buru-buru sampe kesana.
mark parkir mobilnya. buru-buru kita ke ruang ugd. tadi mark bilang ayah disana. dia tau dari bunda.
didepan ugd. gue cuma liat raut sedih. bunda, teh lisa, a taeyong. a taeyong yang nggak pernah mau nangis.
"ayah gapapa, kan?" tanya gue ke teh lisa yang terdekat dengan gue. teh lisa menggelengkan kepalanya.
"dokter belum keluar, nya?" ujar teh lisa.
gue diam. membeku ditempat. gue sempet muter kenangan bareng ayah diotak gue. kayak gue ngerasa ini hari terakhir bareng ayah.
"anya benci rumah sakit, bund" ujar gue menangis. bunda berjalan kearah gue yang lemas ditempat. gue jatoh dideket kaki mark.
"hey anak cantik bunda. denger, ayah gapapa. anya percaya kan? anya, teteh, sama aa itu kuat karena punya ayah yang kuat. ayah gapapa, nya." ujar bunda.
gue mengangguk.
"ayah, anya nggak mau temenan sama bule" ujar gue, saat itu gue sama mark lagi main sama ayah dibelakang.
"anya kenapa gitu? nggak boleh" ujar ayah.
"semangka aku diambil sama bule ayah" ujar gue menangis. mark cuma senyam-senyum liat gue nunjuk-nunjuk semangka gue yang dimakan dia.
"tau ga? kamu nggak pernah benar-benar memiliki, nya. suatu saat apa yang kamu punya sekarang bisa diambil. entah sama tuhan atau sama orang lain" ujar ayah.
gue nggak paham saat itu, apa maksud dari omongan ayah.
"jadi, belajar jadi manusia yang menerima apa adanya ya" ujar ayah.
mark menghampiri gue. "anya, nih semangkanya. bule cuma minta sedikit kok" ujar mark menyerahkan semangka yang belum habis itu.
gue tersenyum lalu mengambil alih semangka itu.
"mark..." panggil gue dengan suara lirih.
mark jongkok. "i'm here" ujar mark. gue memeluk mark.
"gue nggak pernah ada waktu bareng ayah sekarang, mark. gue nyesel. kenapa nggak pernah meluangkan waktu untuk sekedar nanya 'ayah gapapa kan?' gua nggak nanya gitu, mark" ujar gue menangis.
gue meluk mark. emang, cuma revanya yang selalu blak-blakan soal perasaannya disini.
a taeyong sama teh lisa cuma diem. tapi gue tau, mereka nyimpen kenangan bareng ayah.
nggak cuma gue. ayah emang sosok yang nggak pernah berubah dari dulu. cuma gue yang lama-lama berubah. bukan ayah.
pintu ruangan terbuka. dokter keluar. gue buru-buru ngehampirin dokter.
"operasinya berjalan lancar. tapi, akibar benturan tadi. pasien tidak sadarkan diri. beberapa jam mungkin beliau akan sadar. saya pamit ya, permisi" ujar dokter itu.
ada suster yang ngedatengin dokter tadi. "dok, pasien yang selalu cuci darah itu kondisinya menurun semakin lama" ujar suster itu panik.
dokternya pergi gitu aja. nggak menjawab sepatah kalimat dari suster itu.
"sus, ayah saya dipindah ruangan sekarang?" tanya mark. suster itu mengangguk.
"tim didalam akan memindahkannya, pak. saya permisi" ujar suster itu.
a/n:
kaget ndak?
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend | kim doyoung
Teen Fictionkak doyoung udah galak, nyebelin. untung gue sayang. ©️zlunvrse start: 12/11/20 finish: 13/11/21