"mark, gue mau mie ayam anjir." ujar gue kesel. gimana enggak? tadi mark bilang ada mie ayam, trus pas sampe malah kaga ada.
penipu banget.
"nggak ada, nyet. ini doang adanya." ujar mark kesel. gue ikut kesel.
"nya, gue mau nanya deh." ujar mark. gue pura-pura nggak denger aja.
males dengernya juga. "revanya, denger gue kaga sih lo?" tanya mark kesel.
gue menoleh kearah mark dengan muka tengil gue. "enggak." sahut gue.
mark menoyor kepala gue. "tadi gue ketemu bunda bang doy." ujar mark.
gue menoleh. "bunda bukannya balik kesurabaya ya?" tanya gue ke mark.
mark menoyor kepala gue. "lah kok lo nanya gue?" tanya mark heran.
gue menggaruk tengku gue yang nggak gatel sebenernya. gue lagi mikir, ngapain bunda disini?
"lo nggak nanya bang doy?" tanya mark menyuapi dirinya sendiri dengan nasi goreng yang dia pesen.
gue menggeleng. "gue telpon nggak diangkat dari tadi." ujar gue.
mark hanya mengangguk kecil. "ya udah, nggak usah dipikirin banget. mungkin ada keluarga yang sakit." ujar mark.
gue mengangguk. "mungkin kali" ujar gue. tapi gue mikir lagi, siapa? ayah kak doyoung udah cerai lama banget sama bunda kak doyoung. dan kak doyoung ataupun bunda nggak ada yang mau berhubungan lagi.
jadi nggak mungkin.
sementara om tante kak doyoung nggak ada yang menetap disini.
"makan, stres lo nanti mikirinnya." ujar mark menyuapi nasi goreng dia. gue melotot kesal.
gue membuang pandangan ke segala arah. "wait, mark. itu bunda!" pekik gue.
mark ngikutin arah pandang gue. "mana sih mana?" tanya mark kesal karena nggak menemukan bunda kak doyoung.
gue beranjak, gue kestand bakso. "bunda..." panggil gue. bunda kak doyoung noleh.
mukanya kaget. tapi berikutnya bunda berusana menetralkan mimik wajahnya.
"anya kenapa disini?" tanya bunda dengan suara lembut khasnya. "ada yang sakit?" sambung bunda.
gue mengangguk. "ayah kecelakaan, bund. kakak adek nggak ikut sama bunda? bunda kenapa disini? ada yang sakit?" tanya gue.
bunda terkekeh. "bunda bingung nih jawab yang mana." ujar bunda. gue hanya tersenyum malu.
"temem bunda sakit. adek dirumah, lagi main sama pocari." ujar bunda.
gue mengangguk. "lho bukannya kakak adek bilang mau main?" tanya gue heran.
bunda terkekeh. "bunda nggak tau. terakhir bunda liatnya adek lagi main sama pocari. pocari semangat banget mau nyakar muka adek." ujar bunda terkekeh.
gue tersenyum tipis. membayangkan gimana pocari yang galak sama kak doyoung yang juga galak.
mark ngedatengin gue sama bunda. "nya, makanan lo habisin lagi." ujar mark sebelum akhirnya nyapa bunda kak doyoung dengan senyuman khasnya.
"bang doy sehat kan ya, bund?" tanya mark. entah kenapa, gue dengernya itu kayak pertanyaan sakras aja.
apa perasaan gua doang ya? gue kan selalu berpikir negatif.
"baik, mark." ujar bunda tersenyum manis.
"syukurlah, mark kira lagi nggak baik-baik aja." ujar mark.
"dari kemarin bang doy nggak main soalnya." ujar mark lagi.
gue menatap mark penasaran. "ya udah bunda pergi dulu ya anya, mark." ujar bunda kak doyoung sebelum akhirnya pergi.
setelah bunda kak doyoung pergi. gue menoleh kearah mark. "heh emang kak doyi nggak main?" tanya gue penasaran.
mark melanjutkan langkah menuju meja tempat kita makan tadi.
"kata bang yuta sih kaga. dia nanya ke gue soalnya." ujar mark.
gue diem. "jadi dia main sama siapa?" tanya gue pada diri gue sendiri.
"sama cowok berjas." ujar mark asal.
"yeu, si bego." ujar gue menoyor kepala mark.
a/n:
lucas oh lucas
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend | kim doyoung
Teen Fictionkak doyoung udah galak, nyebelin. untung gue sayang. ©️zlunvrse start: 12/11/20 finish: 13/11/21