01. Mimpi

2.5K 129 11
                                    

Aloha!

Gimana kabar nya? Gimana sama prolog nya? Suka nggak? Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar nya ya! Kasih kritik dan saran juga boleh bangett.

Happy reading!

•••

Gadis itu terbangun dengan keringat yang mengucur di pelipisnya, membuat seorang pemuda yang bersandar di ambang pintu itu langsung masuk dan duduk di hadapan sang gadis.

"Mimpi buruk lagi?" tanyanya yang di angguki oleh gadis yang tengah mengatur napas itu.

"A-aku takut, Daniel."

Ia takut jika orang-orang itu masih mencarinya sampai sekarang, kenangan itu terus saja menjadi mimpi buruk. Meski pun kejadian itu sudah 2 tahun lamanya.

Laki-laki yang di sebut Daniel itu langsung memeluk gadis yang berada di hadapannya. Menenggelamkan kepala sang gadis di dadanya. Terdengar isakan tangis gadisnya, membuat Daniel menggeram.

"Ada aku, jangan nangis."

Ara mengangguk dalam dekapan nya. Selalu seperti ini, ketika ia menangis, Daniel akan selalu ada untuk memeluknya, menenangkannya. "Sekarang hari pertama kamu sekolah, ganti baju cepet."

Ara lagi-lagi mengangguk, melepaskan pelukannya. Lalu masuk ke dalam kamar mandi setelah Daniel keluar dari kamar nya dan menutup pintu. Sudah 2 tahun lama nya ia tinggal bersama laki-laki itu. Laki-laki yang menolongnya saat kejadian 2 tahun silam.

Laki-laki yang sangat benci jika dirinya menangis, mengingatnya, mampu membuat Ara tersenyum simpul karena itu. Tapi sayang, Daniel terlalu keras kepala dan possesive, membuat seorang gadis yang memiliki nama Arabelle itu kewalahan di buatnya.

Setelah selesai mandi, Ara dengan cepat memakai seragam yang sudah tersedia di dalam lemarinya. Siapa lagi yang menyediakan itu semua selain Daniel? Berbicara tentang seragam, sekarang adalah hari pertama dia masuk sekolah menengah atas, dan tentu nya satu sekolah bersama Daniel yang kini menduduki kelas 12.

Ara keluar dari kamarnya hendak mencari Daniel, namun nihil, tak ada Daniel. Jika biasanya Daniel selalu ada jika dirinya membuka pintu, maka hari ini tidak, entah kemana perginya laki-laki itu.

Kaki jenjangnya perlahan menuruni anak tangga, berbelok ke arah ruang makan, berharap sang pujaan hati berada di sana. Tapi tetap sama, tak ada Daniel. Hanya ada kedua orang tua pemuda itu yang berada di sana menyiapkan sarapan.

"Ara, sini sayang," ucap Meri, Mama Daniel.

"Mmm.... Daniel kemana, Ma?" tanya nya pada Meri, dulu panggilan nya untuk wanita cantik itu bukan Mama, tapi karna paksaan Meri, Ara hanya bisa menurut saja.

Meri tersenyum, membuat lesung pipi yang berada di kedua pipi nya itu terlihat, sangat manis. Pantas saja David-Papa Daniel begitu tergila-gila pada wanita itu.

"Mama kurang tau, tadi Daniel cuma titip pesan sama kita supaya kamu di anter Papa, maafin Daniel ya, sikap nya suka seenak nya sama kamu," jelas Meri menatap Ara dengan raut wajah bersalah.

"Maafin kita juga karna gak bisa bantu apa-apa. Kamu tau sendiri gimana Daniel kalo gak ada kamu," timpal David.

Ara mengangguk, "Gak papa Ma, Pa. Aku ngerti," jawabnya tersenyum simpul.

"Sarapan sini, kamu di anter Papa."

"Eh, enggak usah Pa. Ara sendiri aja gak papa," balas Ara merasa tak enak.

"Daniel gak bisa di bantah, nanti dia ngamuk-ngamuk gimana?" ucap David tersenyum.

"Yaudah Pa, maaf ya Ara ngerepotin terus."

"Nggak sayang, kamu gak ngerepotin kok. Kamu bertahan sama Daniel aja, kita sangat berterima kasih. Daniel bisa menggila kalo gak ada kamu," balas Meri sambil duduk di hadapan Arabelle.

•••

"Mau Papa anter ke kelas?" tawar David saat Ara sudah keluar dari mobil.

"Gak usah Pa. Ara bisa sendiri kok," jawab Ara tersenyum manis.

"Yaudah, Papa berangkat ya?" balas David, lalu setelah mendapat anggukan Ara, laki-laki paruh baya itu menutup kaca mobil dan melajukan mobil nya.

Ara berjalan dengan wajah tertunduk. Kali ini ia menjadi sorotan, entah karna apa Ara pun tak tahu. Mungkin karna wajah Ara terlihat baru?

Ting!

Ara menghentikan langkahnya saat mendengar bunyi handphone nya yang berdenting. Ia membuka handphone nya, ternyata itu pesan dari Daniel yang memberitahu kelas nya.

X IPA-3

Ara berjalan sambil melihat-lihat kelas yang ia lewati. Ia tak tau di mana letak kelas X IPA-3 itu, karna 3 hari kemarin, Ara tak mengikuti MOS satu hari pun. Salahkan saja Daniel yang melarang nya mengikuti kegiatan itu.

Tadi nya ia meminta Daniel untuk menunjukan kelas nya. Tapi ternyata, Daniel sudah tidak ada. Membuat Ara harus berkeliling seperti ini mencari kelas.

Ingin bertanya, tapi melihat tatapan aneh orang-orang kepada nya membuat nyali nya ciut. Ara bukan orang yang pandai bergaul seperti orang lain.

Lelah karna berkeliling mencari kelas, Ara memutuskan untuk menghubungi Daniel. Tangan nya bergerak lincah di atas keyboard handphone nya itu. Mengetik nama Daniel, lalu menelpon nya.

Panggilan pertama, tak ada jawaban. Panggilan kedua pun sama. Sampai panggilan keempat, Daniel pun tak kunjung mengangkat telpon nya. Membuat Ara gelisah karna bel masuk sudah berbunyi barusan.

Ara menggigit bibir bawah nya gelisah. Ia berjalan cepat, sampai seseorang yang menabrak nya, ah ralat. Mungkin, seseorang yang tak sengaja ia tabrak, membuat tubuh nya limbung dan terjatuh ke lantai.

"Sorry sorry," ucap orang itu sambil membantu Ara berdiri.

"Eh nggak papa. Tolong lepasin," balas Ara berusaha melepaskan tangan nya dari laki-laki itu. Ia hanya ingin menjaga perasaan Daniel.

"Eh iya, sorry lagi hehe," balas laki-lali itu melepaskan pegangan tangan nya.

"Aku duluan."

"Eh tunggu! Gue liat daritadi lo muter-muter mulu, mau kemana emang? Cari kelas?"

Ara hanya mengangguk tanpa menjawab. Ia risih.

"Cari kelas mana emang?"

"X IPA 3, kamu tau?"

"Sekelas sama gue itu mah, ayo bareng aja!"

Ara tak sempat menjawab karna tangan nya sudah di tarik oleh pemuda ini. Berusaha melepaskan pun percuma, jadi ia menurut saja. Berdoa supaya Daniel tak mengetahui ini.

"Ini kelas nya, kuy masuk!"

Ara mengangguk, lalu melepaskan tangan nya dari genggaman laki-laki ini. Membuat nya lagi-lagi terkekeh pelan, menggaruk tengkuk nya yang tak gatal itu.

"Kenalin nama gue Rio, nama lo siapa?"

"Aku Arabelle, duluan ya Rio."

Ara tersenyum singkat lalu duduk di bangku paling belakang, entahlah ia tak tau itu kursi siapa. Mungkin nanti jika ada pemilik nya ia akan pindah saja.

•••

To be continue

Gimana part satu nya? Spam mext buat lanjut!!!
Jangan lupa tinggalkan komentar sama vote nya ya! Follow juga akun ku biar tau cerita-cerita aku yang lain.

See you in the next chapter!

Follow Intagram

- Hanaaf546
- Wattp_na

Arabelle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang