Daniel berjalan dengan tatapan datarnya menuju kelas Arabelle. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Tadinya Daniel menunggu Ara di parkiran sesuai dengan ucapan gadis itu saat pagi. Tetapi, ternyata Ara tak juga menghampirinya setelah 15 menit berlalu. Lalu kemana gadis itu?
Tersenyum kecil saat melihat orang yang ia cari sedang menulis dengan terburu-buru. Entah apa yang gadis itu tulis, Daniel tak peduli. Daniel hanya ingin segera pulang dengan Ara, dan mengajak gadis itu pergi bersamanya, hari ini saja.
"Ra," ucapnya berjalan masuk kedalam kelas. Membuat dua orang gadis yang sedang mengerumuni Ara itu kembali pada meja nya masing-masing, dengan perasaan gelisah.
"Daniel?"
"Masih lama? Udahlah nanti aja, nanti aku yang kerjain," ucap Daniel menutup buku yang berada di tangan Ara.
"Pelajaran apa sih?" tanya nya lagi melihat sampul buku, sekedar melihat mata pelajarannya.
Tapi saat melihat itu, Daniel mengerutkan dahi. Ia melihat tajam Ara yang menggigit bibir bawahnya gelisah. Kemudian, Daniel melihat dua gadis yang tadi kembali duduk ke meja masing-masing.
"Kenapa mau?" tanya Daniel melihat Ara dengan tatapan marahnya.
"A-aku cuma bantuin Risa sama Karin. Mereka gak bisa kerjain, jadi aku-"
"Perlu banget kerjain kerjaan orang dan buat aku nunggu selama itu?" Daniel menghela nafas, menahan amarahnya yang akan meledak.
"Dan lo berdua!" Daniel menunjuk dua orang yang di sebut Risa dan Karin itu. Daniel berjalan kearah meja sebrang, menepis tangan Ara yang menarik ujung bajunya, yang berusaha menghentikan Daniel.
"Kalian jadiin cewek gue babu, hah?!" bentaknya menarik kerah baju salah satu gadis itu. Risa namanya.
"N-nggak g-gitu, tapi-"
"TAPI APA?!"
"Daniel, udah! Ayo pulang!" ucap Ara berusaha melepaskan tangan Daniel dari kerah baju Risa.
"Kamu mau di jadiin babu dan buat aku nunggu selama itu cuma karna mereka berdua?!"
"Gak gitu! Udah ayo pulang," Ara menurunkan kedua tangan Daniel, memegangnya erat, menatap Daniel dengan tatapan memohon.
"Please, aku bakal turutin apa yang kamu mau, tapi kamu jangan buat keributan. Kita pulang sekarang, ya?" ucap Ara memelankan suaranya.
Menghela nafas kasar, Daniel mengangguk . Tak apalah ia mengalah kali ini, kesempatan ini bisa ia gunakan sekarang. "Awas lo berdua!" ucapnya menatap tajam Risa dan Karin.
"Maafin kita Ra," ucap Risa pelan.
Ara menganggukan kepalanya, "Aku pulang dulu ya."
•••
A
ra menghela nafas lelah saat lagi-lagi panggilannya tak di hiraukan Daniel. Selama perjalanan, Daniel hanya diam. Meskipun Ara berbicara banyak pun, laki-laki itu tetap diam. Ara menyerah sekarang, ternyata membujuk Daniel sesusah ini.
Keduanya turun dari motor, Ara berjalan mendahului Daniel menuju penjual ice cream. Tadi saat di jalan, ia iseng meminta Daniel berhenti di penjual ice cream. Karna tak mendapat jawaban apa pun, Ara kira Daniel tak akan mengabulkan.
Ternyata, Daniel benar-benar berhenti di penjual ice cream. Ya meskipun laki-laki itu tak mengucapkan satu patah kata pun, tapi jika seperti ini, tak apalah. Ia akan mencoba membujuk Daniel lagi nanti.
"Bang, Ice cream vanilla nya dua ya," ucap Ara yang di acungi jempol oleh abang ice cream.
"Ini Neng, dua puluh ribu aja," ucap Abang penjual ice cream sambil menyerahkan ice cream nya kepada Ara.
Ara menyodorkan uang, tapi Daniel lebih cepat. Laki-laki itu menyerahkan satu lembar uang lima puluh ribu kepada Abang penjual Ice Cream.
Mengangkat kedua bahu nya acuh, Ara duduk di bangku taman diikuti Daniel. Ara tersenyum kecil, kemudian menyerahkan satu ice cream nya kepada Daniel.
"Ambil dong."
"Gak."
"Ngambek? Masa ngambek? Ayo dong, Daniel. Kapan lagi kita kayak gini? Jarang loh aku bujuk kamu gini, atau kamu emang mau kita berantem ya?" ucap Ara dengan mata memicing.
Daniel menghela nafasnya, kemudian mengambil ice cream yang berada di tangan Ara. Ia memakan ice cream itu membuat Ara tersenyum manis.
"Abis ini kita mau kemana?" tanya Ara.
"Pulang."
"Yakin?"
"Iya."
"Yaudah, aku main sama Kak Adrian aja," balas Ara.
"Kamu pikir kita pulang ke rumah kamu?" tanya Daniel tersenyum miring.
Ara menurunkan ice creamnya. Menatap Daniel dengan tatapan anehnya. "Maksud kamu?"
Mengangkat kedua bahu nya acuh, Daniel melempar cup ice cream yang sudah kosong itu ke tempat sampah. Ia berdiri, kemudian mengulurkan tangannya kepada Arabelle.
"Kita pulang ke rumah aku, kan, Daniel?" Ara bertanya was-was.
"Kata siapa?" Daniel menarik tangan Ara menuju motornya lagi. Menyuruh gadis itu naik, kemudian menjalankan motor dengan kecepatan sedang, tak menghiraukan Ara yang terus bertanya-tanya di belakangnya.
"Kamu denger aku gak, sih?!" ucap Ara mulai kesal.
"Aku gak bisa pulang ke rumah kamu," lanjut gadis itu memalingkan wajahnya.
"Kamu maunya kemana?"
"Terserah kamu."
•••
To be continue
Maaf pendek, maaf gak tepat waktu. Aku lagi ujian Sekolah guys, mau masuk SMA neeh😀 doian ya biar lancar hehe.
Semangat ya puasanya untuk yang menunaikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arabelle [END]
Ficção Adolescente[COMPLETED] [Di private acak, follow agar bisa membaca] Ara tak suka jika Daniel lagi-lagi pulang dengan darah yang menempel di baju nya, tapi berbeda dengan Daniel, dia malah sebaliknya. Sikap yang bertolak belakang itu membuat Ara kerap tak bisa m...