04. Bully

1.6K 105 0
                                    

•••

"Jadi kenapa kemarin kamu gak sekolah? Padahal kan, kemarin hari pertama," ucap Ara kepada Nanda, teman sebangkunya yang baru ia kenal barusan.

"Aku baru pulang dari amrik kemarin, kalo urusan sekolah udah di urus sama Papa," balas Nanda tersenyum manis.

"Tapi kamu tau gak? Aku udah cari tau tentang semuaanyaa disini," lanjut gadis itu.

"Oh ya? Kamu tau apa aja emang?" tanya Arabelle menanggapi ucapan Nanda.

"Salah satunya aja deh ya, kamu tau kak Daniel?"

"Daniel?"

"Hm. Kak Daniel Malendric. Pasti tau dong, siapa yang gak kenal dia? Dia tuh serem banget, katanya sih dia anti banget sama cewek. Auranya itu bikin orang merinding, tapi... kadar ketampanannya malah bertambah!" jelas Nanda dengan wajah berseri-seri.

"Tapi dia harus di hindarin, serem soalnya, banyak kasusnya juga, setiap orang yang bermasalah sama dia selalu hilang keesokan harinya. Makanya gak ada yang berani deketin dia, kecuali Kak Melis. Dia gak takut banget sama Kak Daniel, cuma ya Kak Daniel gak ngerespon dia sama sekali."

Arabelle mengerutkan keningnya mendengar ucapan Nanda, teman barunya itu. Mengapa Nanda tau banyak hal? Pikirnya.

"Nanda tau dari mana?" tanya Arabelle setelah Nanda berhenti berbicara.

"Dari Kak Rinda. Dia itu temen se geng nya kak Melis, dan... Kak Rinda itu sepupu aku," jawab Nanda.

"Oh gitu, ya?"

"Iya! Kamu jangan kayak Kak Melis ya. Jangan deket-deket Kak Daniel, kak Melis aja sering di sakitin hati maupun fisik sama Kak Daniel. Aku takut kamu kenapa-napa. Kak Melis aja masih bertahan sampai sekarang itu karna orang tuanya deket sama orang tua Kak Daniel. Jadi aman deh, beda sama kita."

"Aku laper, Nanda. Ke kantin yuk?" ajak Ara mengalihkan pembicaraan.

"Eh iya lupa. Udah istirahat yaa hehe, yuk!"

Sebelum bangkit, Ara menyempatkan untuk melihat handphone nya terlebih dahulu. Terdapat notifikasi chat yang berasal dari Daniel. Ia membuka itu terlebih dahulu.

Daniel : Aku di suruh Papa ke kantor. Istirahat aku ke kelas kamu, diusahain biar gak telat.

Karna sampai sekarang Daniel belum menunjukan batang hidungnya. Ara memutuskan untuk pergi kekantin bersama Nanda saja.

"Nanda, kamu tinggal dimana?" tanya Ara melihat Nanda yang sedang melihat-lihat setiap juru.

"Hah? Oh aku? Aku tinggal di deket sini, kamu cuma perlu jalan satu meter dari sekolah, lurus aja nemu deh tu rumah," balas Nanda tersenyum.

"Kita duduk dimana?" tanya Ara melihat seisi kantin.

"Di sana! Cuma itu yang kosong, yuk!" ajak Nanda menarik tangan kanan Ara.

Mereka duduk di salah satu bangku itu. Banyak pasang mata yang menyorot mereka. Bukan karna apa, tapi karna Nanda yang terus berceloteh tanpa hentinya. Apalagi suara dan ekspresi wajahnya yang menggemaskan. Membuat mereka tak bosan melihat gadis itu.

Arabelle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang