Gak tau kenapa, pengen aja buat extra part. Vote dan komen yaa, harus! Hehe.
•••
Ara membuka matanya perlahan saat suara tangisan mengintrupsi dirinya untuk bangun. Wanita berusia 20 tahun itu menurunkan kaki nya dari kasur, kemudian menghampiri bayi nya yang tengah menangis itu.
Daniel yang merasakan pergergerakan pada kasur mulai membuka mata, ia langsung duduk saat melihat Ara yang turun dari kasur menuju Arion; bayi mereka.
Mereka memang sudah menikah, tepatnya satu tahun yang lalu, Daniel yang tak sabaran memaksa Ara agar setuju nikah muda. Ara yang tak bisa apa-apa hanya bisa menyetujui itu.
Dan kini mereka sudah di karuniai seorang bayi laki-laki yang Daniel beri nama, Arion Nata Malendric. Bayi yang masih berusia 2 minggu itu tengah menyusu kepada sang ibu. Ternyata haus.
"Pasti capek ya ngurus, Arion?" tanya Daniel membuat Ara menoleh kebelakang.
Wanita itu tersenyum kemudian menggeleng, masih dengan menepuk-nepuk bokong Arion pelan, Ara membuka suara. "Enggak kok, Ara seneng ngurus Arion."
Daniel turun dari ranjangnya, menghampiri Ara dan Arion. Mengecup kepala Ara pelan, kemudian berganti mengecup kepala Arion. "Anak Papa gak boleh nakal, gak boleh rewel, kasian Mama."
Ara menahan tawa nya. Akhir-akhir ini, setelah Arion lahir, sikap Daniel menjadi lebih manis, Ara tak pernah menyangka hidupnya akan seperti ini.
"Kamu tidur lagi aja, besok kerja biar gak kesiangan."
"Gak papa, aku bosnya ini," balas Daniel cuek, tangannya ia julurkan, mencubit pelan pipi anaknya gemas.
Ara melepaskan tangan Daniel dari pipi Arion, "Jangan di ganggu, nanti bangun lagi."
"Iya iya."
"Ayo tidur."
Setelah dirasa anaknya sudah kembali tertidur dengan lelap, Ara membawa Arion menuju ranjangnya, membaringkannya di sana kemudian ikut berbaring.
Daniel pun melakukan hal yang sama dengan istrinya. Laki-laki itu menopang dagu memerhatikan anaknya yang sudah kembali tertidur, gemas sekali.
"Tidur Daniel, nanti telat kamu kerja," intrupsi Ara.
"Iya sayang bentar lagi. Abis anak aku gemes banget," Daniel terkekeh kemudian mengecup-ngecup pipi Arion berulang kali.
"Imut banget, kayak aku," tambahnya lagi membuat Ara mendelik.
"Dih narsis kamu sekarang."
•••
Daniel menjingjing paperbag berisi mainan yang barusan ia beli sehabis pulang kerja untuk anaknya, Arion. Dengan langkah semangat, laki-laki itu masuk kedalam rumah.
Ia menghentikan langkahnya saat melihat Ara yang tertidur di sofa, ruang tengah. Ia tersenyum kecil, pasti Ara lelah. Dengan langkah gontai, ia mengangkat tubuh Ara, menggendongnya menuju kamar kemudian kembali turun, menggendong Arion yang berada di box bayi menuju kamarnya juga.
Di baringkannya Arion di samping Ara, ia menempatkan guling dan bantal mengelilingi tubuh Arion agar tak jatuh kebawah kasur. Bisa jantungan Daniel jika anaknya jatuh, amit-amit.
Daniel masuk kedalam kamar mandi, ia perlu mandi.
Ara menggeliat nyaman dalam posisinya, kemudian ia langsung membuka mata secara spontan. Melihat sekeliling, ia mengerutkan kening, kemudian menghela nafas lega saat mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi.
Pasti Daniel yang memindahkannya dan Arion kesini.
Cklek
"Udah bangun?" tanya Daniel sambil mengacak rambutnya yang basah.
"Aku ketiduran, maaf ya, harusnya aku ada pas kamu pulang kerja, siapin segalanya buat kamu."
Daniel terkekeh, laki-laki itu maju mendekati Ara, mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arah wanita itu. "Aku tau kamu pasto capek, gak papa kok. Justru aku yang harusnya minta maaf, gak bantu kamu sama sekali. Besok cuti deh."
Cup
Daniel mengecup pipi Ara kemudian berjalan menuju lemarinya. Meninggalkan Ara dengan semburat merah di pipi nya.
"Kamu baru masuk tadi, udah libur hampir satu bulan. Masa mau libur lagi sih?"
"Gak papa. Aku punya sekretaris, gunanya dia apa?"
"Tapi-"
"Sssst. Besok aku mau main seharian sama Arion, juga ... main sama kamu."
"Sayang banget ya?"
Daniel tertawa, ada-ada saja pertanyaan Ara. Mana mungkin Daniel tak sayang dengan anaknya, "Sayang banget. Sayang kamu jugaa."
Daniel berjalan ke arah kasur, melihat anaknya yang mulai menerjapkan matanya secara perlahan.
"Udah bangun, ya? Gemes banget anak Papa."
"Arion gak rewel kan?" tanya Daniel kepada Ara."
"Engga kok, Arion gak rewel, dia tidur terus tau."
Daniel teringat sesuatu, ia tadi membeli mainan untuk Arion. "Aku beli mainan tadi, dikit tapi."
Ara mengerutkan keningnya heran, usia Arion saja belum genap satu bulan dan Daniel sudah membelikan Arion mainan?
"Kan Arion masih kecil, kenapa beli sekarang?"
"Tadi gak sengaja liat pas meeting di restaurant yang ada di mall depan kantor. Jadi aku beli aja, lucu juga mainannya. Bentar, aku ambil."
Daniel turun dari kasur, berjalan kelhar dari kamar menuju tempat dimana tadi ia menyimpan paper bag yang berisi mainan itu.
Ara tersenyum, setelah menikah, sikap dan sifat Daniel berubah, jika dulu selalu memaksa, maka sekarang Daniel lebih banyak menuruti kemauan Ara. Tak ada pemaksaan, kasar, semua berjalan dengan baik. Dan Ara bahagia jika kembali mengingat itu semua.
Lihatlah Arion, Papamu sudah berubah menjadi pria yang lebih baik lagi.
•••
Mmm, berasa geli ngetik ini.Aku kepikiran buat sequel, tapi bukan cerita setelah Daniel dan Ara nikah. Melainkan cerita Arion Nata Malendric, si kesayangan Papa Daniel.
Mau baca gak?
Sampai jumpa di cerita aku yang lainnya!

KAMU SEDANG MEMBACA
Arabelle [END]
أدب المراهقين[COMPLETED] [Di private acak, follow agar bisa membaca] Ara tak suka jika Daniel lagi-lagi pulang dengan darah yang menempel di baju nya, tapi berbeda dengan Daniel, dia malah sebaliknya. Sikap yang bertolak belakang itu membuat Ara kerap tak bisa m...