06. Preman

1.4K 93 0
                                    

•••

Daniel berjalan di koridor sambil menuntun tangan Arabelle, ia tak ingin gadisnya mengalami hal yang membuatnya kembali marah. Ia hanya ingin memastikan jika Arabelle baik-baik saja.

"Jangan deket-deket cowok lain."

Ara mengangguk, Daniel sangat posesif sampai ia terkadang merasa lelah dengan sikap pemuda di hadapannya ini. Tapi cinta.

"Kamu juga. Aku tendang kalo kamu genit sama cewek lain!" ancam Arabelle menyipitkan matanya.

"Berani emang?"

"Enggak," Arabelle tersenyum ke arah Daniel, membuat laki-laki itu tersenyum lebar.

"Dah sana."

"Danielll," rengek gadis itu menahan ujung seragam Daniel.

"Kenapa?"

"Pulang sekolah jalan-jalan, ya?" Pintanya sambil menunjukan puppy eyes, berharap Daniel akan luluh.

"Iya."

Daniel mengacak rambut gadisnya gemas. Lalu pergi dari kelas itu saat Ara sudah menduduki kursinya. Sebenarnya, ia tak mau membawa gadisnya keluar rumah. Tapi, jika dipikir-pikir Arabelle tak pernah keluar rumah selain sekolah, ia melarangnya.

Mungkin dengan membawa gadisnya jalan berdua, akan mengobati kebosanan Arabelle. Itu pikirnya, jadi tak apalah, toh Ara keluar bersama dirinya.

•••

Ara melihat cermin dengan wajah berseri-seri. Ia sudah siap sekarang, memakai baju santainya, mengoles wajahnya dengan sedikit make up. Tinggal menunggu Daniel menjemputnya lalu mereka jalan bersama.

Tadi, Daniel pamit untuk keluar sebentar. Ntahlah ia tak tau akan kemana pemuda itu, tapi sampai sekarang Daniel belum datang.

Ting!

Ara membuka resleting tas kecil yang berada di paha nya, mengambil handphone lalu mengecek notifikasi itu. Terdapat pesan dari nomor yang tak di kenal.

0881 2378 ××××

Tunggu di gudang deket taman belakang rumah

-Daniel

Aneh, batinnya.

Arabelle keluar dari kamarnya, tak lupa menutup pintu. Menuruni anak tangga dengan hati-hati, dari pagi tadi, ia sama sekali tak melihat keberadaan kedua orang tua Daniel. Mungkin mereka sedang pergi? Ara tak tahu.

Kehidupannya hanya berada di sekolah dan dalam kamar. Daniel tak memperbolehkannya keluar kamar apalagi keluar rumah. Bagaimana bisa keluar, setiap waktu Daniel selalu masuk ke kamarnya dan menahannya berada di dalam kamar itu.

Ara hanya berjalan ke arah gudang itu, toh tak terlalu jauh. Itung-itung olahraga sore.

Saat sampai, Ara menyeritkan keningnya saat tak melihat siapapun di sana. Gadis itu memutuskan untuk duduk di bangku lusuh depan gudang yang tak terurus itu.

Arabelle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang