13. Maaf Ara

1K 67 2
                                    

Follow dulu aku! Wajib:(

Happy reading!

"DANIEL!" seru Adrian kemudian berlari ke arah Daniel, menendang tubuh laki-laki itu supaya menyingkir.

Daniel terjerembab, ia menggeram marah. Kemudian berdiri, melayangkan satu pukulan kepada Adrian. Ia tak suka di perlakukan semena-mena oleh siapa pun. Tindakannya barusan mampu membuat Arabelle berteriak ketakutan.

"STOP!" teriak Ara yang sama sekali tak di hiraukan keduanya.

Adrian yang tak terima pun membalas pukulan itu, hingga keduanya berada dalam perkelahian sengit. Antara Daniel maupun Adrian, tak ada yang mau mengalah, keduanya di kuasai emosi masing-masing.

"DANIEL UDAH!"

"KAK UDAH!"

Ara berusaha menarik baju belakang Daniel, laki-laki itu yang harus di hentikan. "Udah, Daniel!" ucapnya. Tapi Daniel tetaplah Daniel, terlalu di kuasai emosi sampai telinga nya seperti tertutup. Tak mendengar apa pun.

"UDAH!"

Ara tak bisa berfikir lagi saat melihat Adrian yang tersungkur kebawah, dengan pipi lebam dan bibir yang sedikit sobek. Awalnya Ara sedikit tenang saat perkelahian keduanya berhenti, tetapi ternyata tidak. Adrian kembali bangun dan membalas bogeman Daniel.

Kaki Ara gemetar. Ia terisak, lalu dengan nekat gadis itu berjalan ke arah tengah, melerai keduanya dengan kehadiran Ara. Sampai dua tangan terkepal itu hampir saja mengenai pipi kanan dan kiri nya, ia memejamkan mata. Lalu kembali membuka mata saat tak merasakan apa pun.

"Udah!" ucapnya dengan lirih, berusaha menahan isakan tangisnya.

"Ra, den-"

"Udah, Daniel! Aku gak mau dengerin apa pun lagi!" ucap Arabelle menghempaskan tangan Daniel yang akan memegang tangannya.

Ara menoleh kearah Adrian, ia meringis melihat luka di wajah laki-laki itu, pasti sakit. Sebenarnya, Daniel juga memiliki lebam di wajahnya, tetapi keadaan laki-laki itu tidak terlalu parah seperti Adrian, jadi Ara bisa sedikit tenang.

Menghapus air mata nya kasar, Ara menarik tangan Adrian keluar dari tempat ini. Meninggalkan Daniel yang menatap Ara dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kita pulang, ya? Kakak masih bisa nyetir?" tanya Ara, sebenarnya ia tak tega menyuruh laki-laki itu menyetir, tetapi Ara juga tak bisa menjalankan mobil.

"Kuat, lo gak usah khawatir. Tapi, lo gak papa?" tanya Adrian memwgang pundak Ara.

Arabelle menggigit bibir bawahnya pelan, jujur saja perutnya sakit saat ini, tapi ia tak mau membuat Adrian khawatir dan berakhir dengan menggeleng-gelengkan kepalanya berbohong.

Mereka masuk kedalam mobil, dengan Ara yang terus-terusan melihat ke arah Adrian. Ia begitu cemas, lebam di wajah Adrian begitu banyak.

Lama di perjalanan, mereka berdua akhirnya sampai. Berjalan masuk kedalam rumah, Ara langsung berlari untuk mengambil kotak obat. Ia harus cepat mengobati luka kakak nya. Lalu Ara kembali terdiam saat mengingat bahwa Daniel juga terluka.

Andai saja Daniel bisa berbicara dengan baik-baik, Ara pasti mau mendengarkan laki-laki itu. Ah sudahlah, lagi pula kakak nya tetap tak akan mengijinkan Ara untuk bersama Daniel lagi, ia tersenyum miris.

•••

"Di sini tertulis kalo kita emang adik kakak kandung, jangan ragu lagi sama gue, Ra," ucap Adrian sambil melihat hasil tes DNA yang sudah keluar.

"Lo belum makan malam ini. Mau makan apa? Pesen aja ya?"

Tak ada jawaban, Adrian menghela nafas nya lelah. Ternyata di jauhkan dari Daniel membuat Ara sering melamun seperti ini.

"Arabelle!" tegur nya sambil memegang pundak Ara, membuat gadis itu tersentak kaget di buatnya.

"Kenapa, kak?" tanya Ara kemudian.

"Kenapa ngelamun terus? Mau makan apa malam ini? Kakak mau pesen," balas Adrian.

"Gak usah, kak. Ara masih kenyang," balas Arabelle tersenyum tipis.

Adrian tak menjawab, melainkan langsung memesan makanan dari handphone nya. Apa sebegitu pentingnya Daniel bagi Ara? Pikir Adrian.

Di sisi lain, Daniel menatap luar jendelanya dengan datar. Ternyata sesepi ini tanpa Ara, ia menghela nafas kasar. Terlalu sibuk memikirkan Ara, ia sampai lupa makan seharian ini.

Kedua orang tuanya pun sampai lelah datang ke kamar nya memberikan nasehat juga makanan. Ia tak nafsu makan, ia rindu Ara.

Terakhir kali ia melihat gadis itu saat di markas nya tempo hari. Daniel masih mengingat bagaimana raut wajah kecewa gadis itu, dan juga ... raut wajah kesakitan nya.

Bodoh

Daniel memang bodoh, bisa-bisa nya ia menyakiti Ara, gadis itu sudah pasti sangat membencinya. Dan karna kesalahannya, ia harus menerima ini semua.

Drrt
Drrt
Drrt

Daniel melihat sekilas ke arah handphone nya, tertera nama Rio di sana. Karna terlnjur penasaran, Daniel menggeser ikon hijau lalu menempelkan handphone nya di telinga.

"Gue liat Ara sama si Rido. Why?"

"Kapan lo liat mereka?" tanya Daniel.

"Tadi sore, Rido jemput Ara sekolah," ucap Rio di sebrang sana.

Daniel terdiam, mungkin bersama Adrian, Ara bahagia. Gadis itu bisa sekolah, seperti kemauan nya, tidak seperti Daniel yang selalu melarang gadis itu.

"Woi!"

Daniel menjauhkan handphone nya, mengusap-ngusap telinga nya yang berdengung. Sialan! Rio benar-benar menyebalkan, berteriak dengan kencang sampai telinganya memerah kali ini.

Tut

Ia mematikan sambungan telfon. Kemudian berdiri, terus memikirkan cara agar Ara kembali lagi padanya. Ia tak mau Ara bersama Adrian, meskipun laki-laki itu kakak kandungnya sekalipun, Ara hanya miliknya, gadisnya.

Kemudian Daniel tersenyum, mendapat ide yang mungkin saja bisa membuat Ara kembali luluh. Terus mengejar gadis itu. Ya, Daniel harus membuat Ara kembali lagi, harus.

•••

To be continue

Kali ini tepat waktu, kan? Hehe
Jangan lupa vote dan juga komen ya! Jangan lupa juga follow akun aku biar kalian tau info dari aku, hehe. Sampai jumpa di lain waktu!

Hanaar

Arabelle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang