14. Kangen

1K 75 3
                                    

Daniel tersenyum saat melihat seseorang di layar monitornya, Ara. Bukan berniat jahat, ia hanya ingin mengetahui kegiatan gadis itu di kamar. Dan ia terpaksa menyimpan kamera kecil di kamar gadis itu.

Ia tersenyum miring ketika mengingat apa yang ia lakukan semalam. Nekat masuk kedalam kamar Ara hanya untuk memasang ini. Untung saja ia tak ketahuan karna semalam di rumah itu tak ada orang. Mungkin kedua kakak adik itu sedang keluar.

Ia memicingkan matanya saat melihat Adrian yang duduk di ranjang Ara. Di susul dengan gadis itu yang duduk di sampingnya sambil mengambil selembar foto yang di sodorkan Adrian.

Lalu kedua nya berbincang-bincang serius. Dengan Arabelle yang sepertinya marah kepada Adrian. Sial! Ia tak bisa mendengar apa pun. Memangnya apa yang di bicarakan dua orang itu?

Di sisi lain, Adrian melempar foto iru sembarang arah. Lalu berdiri, mengacak rambutnya kasar. "Gue masih belum apa-apain dia dan lo udah histeris gini?"

"Kak! Tante bisa mati kalo di sekap tanpa di kasih makan atau minum kayak gitu!" ucap Ara menunjuk foto yang tadi Adrian lempar. Itu foto sang adik dari Mama nya yang sedang duduk di kursi dengan tubuh terikat dan mata tertutup.

"Lo masih mikirin hidup dia, Ra? Lo di jual sama dia sampai lo masuk dalam hidup Daniel yang kejam itu!" sentak Adrian menatap tajam Arabelle.

"Daniel gak sejahat itu! Dan apa kata kakak? Kejam? Kakak juga sama kejamnya!" balas Ara mengangkat dagu dengan mata berkaca-kaca.

Adrian benar-benar tak habis pikir dengan Arabelle. Sebegitu besar kah rasa cinta nya pada Daniel sampai-sampai berkata seperti itu kepadanya?

"Lo secinta itu sama dia, Ra? Huh?"

Ara memalingkan wajah, ia kembali duduk di atas ranjang. Ia juga tak tahu, tapi rasanya Ara tak suka jika Adrian mengatakan seperti iru tentang Daniel. Bagaimana pun juga, laki-laki itu yang menyelamatkannya.

Daniel yang menjaganya, Daniel yang selalu baik kepadanya meskipun terkadang laki-laki itu bersikap keras. Tetapi karna Daniel, ia sehat sehat saja sampai sekarang.

Ara memang kecewa, Daniel tak menepati janji nya. Daniel selalu mengingkari janji nya kepada Ara. Tapi tetap saja Ara di butakan oleh cintanya. Sejahat-jahat nya Daniel, Ara tetap cinta.

"Gila emang," kata Ardian.

Ara melihat ke arah Adrian. Adrian mengangkat sebelah alisnya tanda bertanya. Benar kan apa yang sudah ia ucapkan? Ara gila karna mencintai seorang psikopat seperti Daniel.

"Jahat," lirih Ara memalingkan wajah, mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh.

Adrian berdecak, duduk si samping gadis itu. Menarik tubuh Ara kedalam pelukannya, "Cengeng!"

"Kakak gak pernah ngerti!" ucap Ara memukul-mukul kecil dada Adrian.

"Nanti kalo kakak cinta sama cewek, kakak pasti ngerasain!" tambah Arabelle.

"Iya sorry. Gue harus ngapain supaya lo berhenti nangis?" tanya Adrian mengusap pelan rambut Arabelle.

"Bebasin Tante, akur sama Daniel."

Adrian refleks melepas pelukannya. Ara memang pintar memanfaatkan situasi. "Nggak!" ucapnya kemudian.

"Kenapa sih, kak? Sejahat-jahatnya mereka, mereka udah berjasa buat kita khusus nya Ara. Kalo dulu gak ada Tante, mungkin Ara udah mati. Begitu juga Daniel, mereka baik!" sentak Ara membuat Adrian menatap Ara dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Gue bilang nggak ya nggak, Ra!"

Lalu Adrian keluar dari kamar Ara. Meninggalkan gadis itu yang semakin menangis terisak.

Daniel mengerutkan kening, ia memang tak mendengar apa pun. Tapi Daniel rasa, ada yang tidak beres. Ia mengambil kunci motor nya yang berada di atas nakas.

Memakai jaket kulitnya kemudian keluar dari kamar. Menuruni anak tangga dengan tergesa, mengabaikan panggilan kedua orang tua nya yang menyuruh Daniel untuk bergabung dengan mereka, ia tak sudi.

Mengeluarkan motor nya dari garasi, kemudian menyalakannya lalu melajukan motor itu dengan kecepatan di atas rata-rata.

Butuh waktu yang lumayan lama untuk sampai di rumah Adrian karna siang ini jalanan begitu macet. Daniel sampai menggerutu sepanjang jalannya.

Setelah sampai, ia masuk ke dalam pekarangan rumah Adrian setelah memaksa satpam rumah itu. Daniel mengangkat tangannya, hendak mengetuk pintu namun urung dan memilih untuk masuk paksa lewat jendela ke kamar Ara. Seperti semalam.

Bruk

Untung saja ia tak kenapa-napa. Daniel mengetuk jendela kamar Ara, ingin memberikan kesan baik walau pun memang dengan cara yang salah, masuk lewat jendela.

Cklek

Ara tersentak saat keluar dari kamar menuju balkon malah di suguhkan dengan kehadiran Daniel yang berdiri dengan senyumnya di depan jendela.

"Daniel? Ngapain kamu di sini?" tanya Ara kembali menutup pintu, takutnya ketahuan Adrian.

"Kangen kamu. Peluk, boleh?"

•••

To be continue

Pendek ya? Maapinn:v aku sibuk nih baru selesai PTS terus dapet tugas baru, dan baru selesai tadi. Langsung nulis nih, jadii jangan lupa vote dan komen nya ya buat hargain usaha akuu ^^

Sampai jumpa di part selanjutnya!

Arabelle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang