"Ngapain lo ajak gue ketemuan?" tanya Adrian melipat dua tangannya di depan dada.
Tadi pagi, Daniel mengajak Adrian bertemu di markas mereka. Adrian tak tahu apa yang akan laki-laki itu ucapkan, tetapi intinya ini tentang Ara. Maka dari itu Adrian mau, ia penasaran dengan apa yang akan di ucapkan Daniel.
"Gue mau, kita buat kesepakatan."
Daniel menatap datar Adrian yang sedang berdiri di depannya. Menghela nafas kasar, ia tersenyum miring menunggu jawaban dari Adrian.
"Yang jelas. Kesepakatan apa?" tanya Adrian mulai merasa kesal. Daniel terlalu bertele-tele.
"Bilang sama Ara, dia boleh deket dan balik sama gue dan bilang kalau ancaman lo itu cuma gertakan aja. Lo boleh minta apa pun sama gue," ucap Daniel membuat Adrian berdecih.
"Lo pikir gue mau? Gak ada untungnya buat gue, lo udah lama sama dia. Dan sekarang giliran gue, gue juga berhak," balas Adrian.Daniel berdiri, berjalan mengelilingi Adrian. Lalu berkata, "Gue gak peduli alasan lo apa. Yang gue mau, Ara. Kalo lo gak bisa di ajak kerja sama..., gue bakal lakuin cara klasik dan pastinya lo yang rugi."
"Lo ngancam gue?" Adrian terkekeh sinis, "Emangnya apa yang lo tau, hah?!"
"Apa yang gue tau? Huft, mungkin ... soal Andin?" ucapnya tersenyum lebar, Adrian salah karna telah meremehkannya.
Raut wajah yang tsdinya tenang itu kini berubah menjadi cemas. Apa Daniel tau semuanya? Pikir Adrian. Tapi jika memang laki-laki itu tau, dapat informasi dari mana? Kejadin itu hanya Andin dan Adrian yang tau. Kecuali ... jika Andin yang memberitahu.
"Apa yang lo tau?"
"Gak usah gue jawab, lo pasti tau dan ngerti sendiri. Jadi kalo gak mau orang-orang tau, terutama Bokap lo sama bokapnya Andin kalo lo tidurin Andin..., lakuin apa yang gue suruh."
Lalu setelah itu, Daniel keluar dari markasnya. Namun, baru berjalan dua langkah, ia kembali mundur. "Lo tau gue nekat, jadi jangan buat kesalahan."
Brak
Setelah pintu tertutup dan Daniel keluar dari markas mereka, Adrian menendang kursi yang tadi di duduki Daniel.
Sial!
Mengapa Daniel bisa tau tentang itu? Jika seperti ini keadaannya, ia tak ada pilihan lain selain menuruti semua ucapan Daniel. Adrian tak mau jika Papa nya tau, pria itu pasti akan marah besar. Dan jika Papa Andin tau, mati sudah, Adrian bisa di bunuh. Dan lagi, Ara, ia takut membuat gadis itu kecewa.
•••
"Aku kangen banget tau sama kamu, udah lama gak ketemu. Di sekolah juga, kamu sekolah, aku enggak. Begitupun sebaliknya, Papa aku sih tiba-tiba ajak ke sini, jadi gak bisa ketemu kamu deh."
"Gak papa Nanda. Kan kita masih bisa kayak gini," balas Ara tersenyum manis.
"Kamu mau ulang tahun yaa!" seru Nanda dengan antusiasnya.
Ini sudah tanggal 28 Juni, yang artinya tinggal menghitung hari Arabelle ulang tahun ke 17. Tepat setelah kelulusan Daniel sehari setelahnya. Ara hanya tersenyum membalas Nanda.
"Mau banget ih kesana, sekalian liat kakak kelas lulus. Sayangnya-"
"Eh bentar, Ra. Mama aku manggil. APA MAH?!"
"IYA MA, BENTAR."
"Ra, aku di panggil Mama. Tutup dulu ya? Nanti lanjutin," ucap Nanda dengan raut wajah bersalahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabelle [END]
Ficção Adolescente[COMPLETED] [Di private acak, follow agar bisa membaca] Ara tak suka jika Daniel lagi-lagi pulang dengan darah yang menempel di baju nya, tapi berbeda dengan Daniel, dia malah sebaliknya. Sikap yang bertolak belakang itu membuat Ara kerap tak bisa m...