05. Melis

1.5K 94 0
                                    

•••

"Sakit?"

Melihat Daniel yang datang, tangis Arabelle pecah begitu saja. Ia memegang tangan Daniel yang mengusap ujung bibirnya yang terluka.

Bukan hanya Ara yang kaget melihat Daniel, bahkan Melis, Nanda, juga seisi kantin yang langsung terdiam melihat Daniel yang begitu lembut kepada Arabelle.

"Siapa?" tanya Daniel dengan sorot mata dinginnya.

Melis yang melihat Arabelle melihat ke arahnya pun mundur. Jika urusannya dengan Daniel, ia tak bisa jika berurusan dengan Daniel lagi. Kedua orang tuanya mewanti-wanti dirinya agar tak mempunyai masalah dengan keluarga Daniel, apalagi dengan Danielnya.

"Siapa?" tanya Daniel lagi.

Arabelle menunjuk Melis yang menatap memohon ke arahnya. Melis mundur, saat ia berbalik, sayatan yang terasa di punggungnya itu begitu menyakitkan. Ini ulah Daniel.

"Jangan pernah sentuh cewek gue seujung kuku pun," Daniel mencengkram rahang Melis yang kini sudah menangis. Lalu tanpa perasaan, laki-laki itu mendorong tubuh Melis sampai gadis itu terjerembab.

Arabelle menarik tangan Daniel, menghentikan laki-laki itu untuk berbuat lebih jauh lagi. Ia tak mau Daniel sampai lepas kendali.

"Udah Daniel."

"Tapi-"

"Obatin aku, sakit."

Daniel menyerah. Ia lebih memilih menuruti keinginan Arabelle. Ia juga khawatir dengan keadaan gadis itu. Tangannya menuntun Arabelle ke arah UKS.

"Aku bilang, jangan pernah jauh-jauh dari aku. Turutin ucapan aku, jadi gini kan?"

"Maaf."

"Kamu kesana sama siapa?"

"Nan- iya Nanda! Dia pasti jauhin aku karna ini," ucap Ara menunduk.

"Masih ada aku."

"Tapi aku juga mau punya temen cewek, Daniel."

"Iya, udah. Masuk, aku obatin sekarang."

Arabelle mengangguk. Kakinya melangkah masuk memasuki ruang yang penuh dengan aroma obat itu. Di susul Daniel. Hanya ada dua orang siswi disana.

"Duduk, aku ambil obat dulu."

Arabelle mengangguk, dia mendudukan dirinya di salah satu ranjang UKS. Matanys melihat setiap juru UKS selagi Daniel mengambil obat.

Akibat terlalu asik melihat-lihat, Ara sampai tak sadar jika Daniel kini sudah di hadapannya, membuka kotak obat. "Pelan-pelan," ucapnya yang tak dijawab Daniel.

"Shh, pelan aku bilang."

Daniel menatap tajam Ara membuat gadis itu mencebikan bibirnya. Daniel tetaplah Daniel, laki-laki itu melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Tak mengindahkan ringisan Arabelle. Ia ingin gadisnya cepat sembuh, itu saja.

•••

"Ara? Tadi-"

"Nanda jangan marah sama Ara ya? Ara minta maaf, bukannya mau nutupin tapi-"

Arabelle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang