"Wen, makan dulu ya," kata Nyonya Shon, menyentuh bahu putrinya yang tengah berbaring miring di atas ranjang rumah sakit.
Meskipun sebenarnya Wendy belum merasa lapar, bahkan dia tidak mood untuk makan apapun. Tapi mau tak mau, dia harus memasukan makanan ke dalam mulutnya agar punya kekuatan untuk mengejan nanti. Perempuan itupun akhirnya mengubah posisinya menjadi duduk dan mengambil piring berisi makanan yang disodorkan oleh sang Mama.
Sudah hampir dua belas jam berlalu sejak pertama kali Wendy memasuki ruangan VIP di rumah sakit tempat dia akan melahirkan. Semalam ketika dia datang, katanya sudah memasuki bukaan tiga dan perutnya sudah terasa mulas meskipun tidak terlalu sering. Dia pikir, dia tidak akan menunggu selama ini karena yang semalam pun sudah luar biasa--untuk seorang calon ibu seperti dirinya yang baru pertama kali melahirkan.
Namun ternyata, sampai pukul sepuluh pagi, pembukaannya masih stuck di angka empat. Membuat Wendy dan Mamanya terus berdoa, memohon diberikan kemudahan untuk proses melahirkan anak pertama ini.
"Ma, yakin mau nemenin aku?" Tanya Wendy pada Mama setelah dia selesai dengan makanannya.
Jung Yunsil atau Nyonya Shon terdiam selama beberapa detik. Bingung harus menjawab apa, karena sejujurnya dia tidak tega kalau harus menemani putrinya pada proses melahirkan nanti. Semalampun, mereka datang diantar Seunghee. Dan ketika Wendy diperiksa, Mama merasakan tubuhnya berkeringat dingin sehingga dia akhirnya mundur dan tidak mau melihat Wendy.
"Gimana ya Wen," balas Mama akhirnya.
Wendy terkekeh geli, "ya udah gak papa. Nanti kan Kak Seunghee juga kesini lagi. Aku sama dia aja. Kalo nggak, panggil Bibi kesini aja Ma," balas Wendy.
Dia kemudian meringis, merasakan sesuatu.
"Ayok dong cucu Nenek yang pintar, cepat keluarnya yuk. Nggak sabar nih Nenek mau gendong," kata Mama berbicara pada perut Wendy yang sudah membulat seperti bola basket.
"Yuk sayang, Mama nggak sabar nih mau ketemu kamu," tambah Wendy.
"Jangan nunggu Kakek ya. Kakek masih di luar negeri, nyampe sininya mungkin nanti tengah malam. Kasihan Mama kamu kalo harus nunggu sampe malam nanti, sayang," kata Nyonya Shon lagi.
Ya. Barangkali, si bayi kecil dalam perut Wendy belum ingin keluar karena masih ada yang dia tunggu kehadirannya. Tak lain tak bukan adalah Papa Shon alias Shon Jinyoung yang masih berada di luar negeri. Begitu dikabari semalam bahwa putri bungsunya akan melahirkan, Papa pun ikut panik. Dia mencari penerbangan tercepat ke Korea Selatan di hari yang sama, namun tidak mendapatkannya. Alhasil, beliaupun harus menunggu.
Setengah jam kemudian, Wendy memutuskan untuk turun dari ranjangnya dan berjalan menuju jendela yang memberi pemandangan langit yang begitu cerah. Dia mengambil ponsel karena entah kenapa rasanya ingin sekali memotret langit. Disela-sela kegiatannya itu, pikiran Wendy berkelana sangat jauh. Ke masa-masa dimana dia dan Ayah dari bayi di dalam kandungannya ini masih dalam keadaan baik-baik saja. Mungkin jika semuanya tidak berantakan karena ulah Suga sendiri, sekarang dia tidak sendirian menghadapi bagaimana kacaunya perasaan saat akan melahirkan. Meskipun ada Mama, jauh di lubuk hatinya dia menginginkan ada sosok seorang suami yang akan menjaganya dengan sigap.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] La Amante - wendy x suga
FanfictionShon Wendy memang bodoh tapi tidak setolol Min Suga.