#9

17.6K 1.5K 56
                                    


"Mr. Ronald!"

"Mr. Ronald!"

"Mr. Ronald!"

"Yaampun, Ada apalagi ini!?"

Mereka berkerumun mengelilingi kami bertiga, kamera yang mereka bawa pun mulai memancarkan cahaya yang menyilaukan mata. Eve sampai harus menyembunyikan wajahnya saking tidak tahannya.

"Mr. Ronald boleh kami mewawancarai anda?" Tanya salah satu wartawan sembari menyodorkan microphonenya.

"Tentu saja, apa yang ingin kalian ketahui" jawabnya santai. Cahaya flash pun mulai berhenti berkedip.

"Baiklah, kami sudah mengikuti kalian sejak tadi siang, jadi kami ingin tahu apakah pemuda ini adalah kekasih anda?" Wartawan itu menoleh kearahku sekejap.

"Mengingat kami belum pernah melihat anda mengencani siapapun selama setahun belakangan ini" lanjut wartawan itu.

Aku sontak mengerutkan keningku, bagaimana bisa dia mengira kalau aku kekasihnya? Lalu mengapa pula dia harus mengajukan pertanyaan seperti itu? Bukankah itu privacy?

"Tentu saja dia bukan, dia hanyalah pembantu baruku" dia tertawa renyah menanggapi pertanyaan wartawan itu lalu merangkul pinggangku dengan tangan kanannya. tubuh kami sekarang berhimpitan dan tentunya membuatku tidak nyaman.

Seolah belum puas dengan jawabannya wartawan itu kembali bertanya. "Lalu kenapa kalian terlihat sangat dekat sampai sampai kalian pergi ke taman hiburan bersama?"

Tuan menghela nafas. "Pembantuku punya seorang adik, aku hanya ingin menyenangkannya. Itu saja tidak lebih" dia juga sepertinya sudah mulai geram dengan orang orang ini, aku bisa melihat dari tatapan matanya yang berubah menjadi sinis.

"Kalau begitu bagaimana pendapatmu tentang Mr. Ronald?" Wartawan itu mengalihkan microphonenya kearahku dan tentunya membuatku gelagapan. Beruntung, tuan memberiku isyarat sehingga aku bisa menjawab pertanyaan mereka.

"Uhm, ya. Mr. Ronald sangat baik dia tidak memperilakukanku seperti seorang pembantu melainkan seperti seorang-" aku melirik tuan Ronald sekilas.

"uhm, teman."

"Lebih tepatnya tahanan" koreksiku dalam hati.

Entah sudah berapa banyak pertanyaan yang mereka ajukan kepada tuan Ronald, topik yang mereka bicarakan pun tidak bisa aku mengerti. Tetapi ada beberapa hal yang bisa aku tangkap yaitu tuan Ronald ternyata sangat populer, aku dengar tadi mereka membicarakan tentang kesuksesannya didunia perbisnisan. Dan dengan bodohnya aku tidak sadar kalau selama ini aku ditawan oleh seorang tokoh penting di kota ini.

Tapi kalau boleh jujur, wartawan wartawan ini cukup menyebalkan. Mereka tidak ada hentinya mengajukan pertanyaan yang sama berulang kali sampai mereka puas dengan jawaban yang diinginkan. Aku yang mendengarkannya saja malas apalagi tuan yang harus menjawabnya.

"Aku kira sudah cukup untuk malam ini. Maaf, kami harus pergi" tuan nampak sudah lelah dengan omong kosong yang mereka tanyakan, maka dengan cepat ia menarik lenganku untuk mengikuti langkahnya menerobos kerumunan wartawan yang memasang wajah kecewa.

Tuan pun mendesah lemah ketika sudah berhasil menjauhkan diri dari mereka.

"Sialan kenapa mereka selalu mengikutiku!" Ia menggerutu dengan pelan, tapi telingaku samar samar bisa mendengarnya. Mungkin karena jarak kami yang cukup dekat.

"Kakak, mereka itu siapa?" Tanya Eve yang sedari tadi bersembunyi didalam pangkuanku.

"Bukan siapa siapa, jangan takut" Eve mengangguk.

Searching For Happiness [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang