1. Awal

198 12 24
                                    

AWAL

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AWAL

🌜⭐

Hujan deras dengan suara gemuruh di setiap langit membasahi sekolah, mengguyur setiap manusia yang berjalan di bawahnya, membuat beberapa anak-anak ketakutan akan suara petir-petir begitu menyilaukan akan cahaya kilat.

Didalam kelas segelintir murid-murid lomba melihat hujan di balik jendela kelas, tak ada guru. Karena setiap hujan melanda, guru sangat enggan untuk mengajar.

Beberapa murid sedang merumpi dan berbincang, sebagian ada yang bermain kartu, juga ada yang membaca buku dan hal-hal lainya yang menurut mereka menarik. Meskipun didalam hati mereka banyak yang ketakutan karena hujan sangat lebat, disertai angin kencang yang bisa saja membuat pohon mangga didepan sekolah itu runtuh.

Beda sekali dengan anak di pojokan kelas itu, dia tengah menggambar, Hoodie menutupi seluruh tubuh bagian atas, juga kepala yang di tutup tudung. anak itu menopang dagu, menggambar sesuatu yang selalu ia lihat di mimpinya semalam. Seperti devil? atau vampire? Entahlah, dia sendiri juga tidak tahu itu apa.

Tapi yang jelas, makhluk-makhluk aneh yang wujudnya kadang seperti iblis, kadang seperti malaikat, itu terus-menerus datang ke dalam mimpinya sejak ia masih kecil. Dan setiap dirinya menggambar sesuatu yang ia lihat itu, maka hujan akan tiba-tiba datang dengan deras, entah karena apa.

Seperti sekarang, anehnya, saat ia menggambar makhluk yang ia lihat di mimpinya semalam setengah jam lalu. Tiba-tiba hujan datang dengan deras. Anak itu tidak peduli, ia sudah terbiasa dengan keanehannya.

"Denaga Almero, kamu di panggil kepala sekolah ke ruangannya."

Ucapan yang di lontarkan seseorang didepan kelas membuyarkan kegiatannya, laki-laki dengan rambut coklat hazel itu menatap ke arah depan, tepat kepada ketua
kelasnya—Erick.

"Gerak cepat Naga, nanti kepala sekolah marah," tegas Erick yang sepertinya greget dengan kelalaian Naga.

Naga menutup buku gambar di mejanya dengan jenuh, ia berdiri dari kursi setelah mendengus kesal. Tidak bisakah orang-orang ini membiarkannya sehari saja hidup tenang?

Anak laki-laki itu pun akhirnya keluar dari kelasnya dengan malas, setelah sebelumnya ia menatap tajam ke arah Erick, baginya—dia itu anak yang suka cari perhatian pada guru di sekolah, entah iri atau apa pada Naga.

Naga melangkah keluar kelas dengan gontai, merasa cuek saat mendapat tatapan-tatapan memuja dari kaum hawa. Ia sudah terbiasa akan hal tersebut, walaupun menurut pendapat dirinya, ia biasa saja dan tidak tampan.

Baru beberapa melangkah ke tengah koridor, Naga sudah di hadapi beberapa murid-murid perempuan yang secara datang secara bergerombol mengarah padanya, memberinya ini-itu, entah coklat, bunga, atau apapun barang-barang yang sepertinya sangat mahal.

AMERICSKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang