15. Party berunjung maut

49 3 40
                                    

15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


15. Party berunjung maut.

Gerhana menginjak gas pedal motor besarnya menuju suatu tempat. Dia mengendalikan motornya teramat kencang sampai melewati lampu merah. Hari ini dia ada janji dengan seseorang untuk pergi bersama namun sudah kelewat setengah jam karena ketiduran.

Tak butuh waktu lama akhirnya dia sampai ke tempat tujuan, Gerhana melepaskan helm dan ia letakkan di atas tangki motor. Kemudian secara santai dia mulai mengetuk pintu besar rumah yang menjadi tujuannya hari ini.

Tok tok tok!

"Assalamualaikum..."

Butuh ketukan hingga berkali-kali juga menekan bel sampai akhirnya penghuni di dalam rumah itu menampakan diri. Perempuan bertubuh tinggi jenjang dengan balutan short dress biru juga heels berwarna hitam yang mempercantik dirinya. Di tambah jepitan rambut berbentuk buah.

"Maneh geulis pisan, Ih." Ujar Gerhana memperhatikan Mentari dari ujung kepala hingga kaki.

Mentari tersenyum tipis. "Makasih! Lo juga ganteng,

"aing mah emang ganteng, selalu."

Mentari tertawa kecil, dia tidak merasa harus jaga image lagi setelah akhir-akhir ini pergi bersama Gerhana. Semenjak pertemuannya di taman hari itu, gadis tersebut menjadi dekat dengan kakak laki-laki Dasha. Mereka akrab dan sering pergi keluar bersama.

Gerhana belum bisa memberitahukan sang adik tentang hubungannya, mungkin nanti jika waktunya sudah tepat, atau bahkan dalam jangka waktu dekat ini.

"Kita jadi kan ke pantai?" tanya Mentari lagi untuk kesekian kali.

"Ho'oh neng geulis." jawab Gerhana. "Abis dari pantai kita ke rumah aing, barudak teh pada mau ngadain pesta kecil-kecilan."

Mentari mengangguk, kemudian keduanya keluar dari gerbang. Setelah sampai di motor Gerhana memberikan helm yang sudah ia siapkan untuk Mentari, keduanya naik motor bersama menuju pantai Seibert.

Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk sampai ke pantai tersebut, letaknya tidak jauh dari rumah Mentari. Bahkan Gerhana sudah berkali-kali datang ke pantai Seibert bersama dengan sang adik juga keluarganya dirumah.

Setelah sampai di parkiran, Gerhana menghentikan mesin motornya. Hari ini suasana pantai cukup sepi entah kenapa, biasanya pantai Seibert setiap harinya selalu ramai akan pengunjung dan para pedagang kaki lima.

"Kenapa, Ger?" tanya Mentari setelah turun dari motor, tatapan Gerhana nampak resah dan itu mengundang perhatian Mentari.

Gerhana memandang Mentari dengan alis mengkerut. "Lieur aing teh geulis. Gaenakan, tadi belom pamitan sama orang tua neng." jawab Gerhana seandanya. Dalam perjalanan tadi sebenarnya dia kepikiran belom pamitan sama kedua orang tua Mentari, takutnya mereka cemas karena dibawa pergi jalan-jalan sama Gerhana.

AMERICSKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang