21. Sebuah kejutan

45 4 34
                                    

21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21. Sebuah kejutan

Dua mata yang terbenam dalam mimpi itu segera terbuka sesaat ia merasakan adanya cahaya yang menusuk indra.

Gadis itu meraba samping bantal, mencari keberadaan benda persegi panjang yang ia biasa cari pertama setiap bangun tidur.

Dasha mengucek-ucek matanya. Meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal.

Ia melihat handphone dan terlihat jam menunjukkan pukul 07.30 am. Lalu ia mendongak, menyipit saat ia lihat ada seseorang yang begitu familiar di pengheliatan dirinya.

"Ganteng bangat emang ya gue pake diliatin sedetail itu," Gerhana berbangga sambil membuka jendela kamar Dasha.

"Cih."

Dasha garuk kepala menandakan ia masih sedikit mengantuk. Kemudian, gadis itu memakai sandal tidur berwana hitam yang berbentuk kelinci di bawah kasur. Berniat ingin mandi.

"Lu sama Dragon darimana semalem?" tanya Gerhana menahan lengan Dasha yang hendak ke kamar mandi.

"Dari langit." jawab Dasha.

"Lu kalo di tanya gue tuh yang bener dikit apa geulis mini,"

"Ya emang kenapa si, kak? Dibilang dari langit," jawab Dasha tetap, Gerhana hanya garuk kepala.

Gerhana geleng kepala dibuatnya. "Tuh kan. Manusia kaum sekte apalagi ini, di tanya main malah di langit. Lu ngapain emang? Latihan baling-baling doraemon?"

Dasha menghembuskan napas, mau mandi saja harus ribut dulu dengan kakaknya yang penganut Satanic ini.

"Bukan. Gue lagi semedi di langit biar dapet kekuatan," ucap Dasha lalu dia pergi begitu saja menuju kamar mandi.

Namun lagi-lagi di tahan dengan sang kakak.

"Heh Juleha! Kakak mau nanya satu lagi," Gerhana berkata sambil mengode bagian bibir pada Dasha. "Itu bibir sampe bengkak begitu abis ngapain sama si Dragon?"

Dasha refleks memegang bibirnya lalu mencari kaca untuk memastikan. Alhasil benar saja, matanya membulat saat ia lihat bagian bibirnya membengkak dan sedikit membiru. Bahkan ada sedikit bekas luka.

"Habis...

"Lu cipokan apa saling nerkam si? Itu mending udah kakak obatin. Semalem bibir kamu sampe berdarah-darah. Mana pulang malem banget jam satu pagi. Untung gue yang bukain, coba kalo Papa? Abis si dragon di pukulin kamu baru pulang jam segitu." Gerhana sibuk menceramahi Dasha. Sedangkan yang di omeli hanya diam membeku.

Dasha tidak tau kenapa bibirnya bisa separah itu. Yang ia ingat hanya potongan-potongan kejadian saat dirinya berciuman dengan Naga di atas langit, itupun hanya sebentar.

"Iya kak, aku minta maaf."

Gerhana menatap sinis adiknya hingga Dasha menunduk sangat dalam, takut menatap kakaknya.

AMERICSKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang