Lensa merah dari arah seseorang berjubah hitam itu memekikkan pemuda yang baru saja bangun dari lelapnya tidur. Ia berteriak sambil menutup mulutnya namun terdengar sunyi, agaknya suara pemuda itu tak terdengar di bumi ini.
Dua menit ia menyaksikan pembunuhan itu secara langsung di depan matanya, ia terus berteriak dan mencoba mendekati seseorang berjubah hitam itu, yang kini sedang menusuk-nusuk tubuh Bunda nya dengan pisau. Tapi mustahil, seperti ada sesuatu yang menahannya agar tetap tinggal. Menyaksikan itu semua.
Selepas kepergian seseorang itu tubuhnya jatuh tumbang, air matanya bercucuran, tapi ia berusaha bangkit, ia harus mendekati dia.
Naga berjalan lesu menuruni tangga, dengan tangga gemetar dan penuh ketakutan ia menuju ke sebuah mayat perempuan berbaju putih yang berada di ruang tamu rumah.
Mayat yang tadi sempat ia saksikan sendiri di bunuh oleh seseorang berjubah hitam dan bermata merah itu masih terlihat di balik tudungnya walau sekilas.
Ia terjatuh lagi ke bawah, seperti lumpuh yang melanda secara tiba-tiba. Melihat tubuh Bunda nya yang sudah tidak bernyawa, di raihnya wajah cantik itu lalu ia peluk. Menangis tersedu-sedu. Dengan putus asa dia akhirnya tak kuat untuk menahan rasa tangisnya yang menggema di sekitar rumah.
"Bunda...jangan pergi...."
Naga terus mengucapkan kalimat itu di dalam hatinya, meminta bantuan namun kakinya terasa keram. Dia tidak bisa meraih telfon rumah untuk menelfon rumah sakit atau pun polisi. Dia tidak bisa, bahkan untuk berdiri saja tidak mampu.
Hampir sekitar tiga puluh detik pemuda itu disana memeluk rapuh tubuh Bunda nya. Tak bisa berbuat apa-apa, sampai di sadari ada seseorang yang membuat perhatiannya teralih.
Naga menatap ke depan dengan ragu, saat pandangannya fokus menatap seseorang berjubah hitam panjang dengan kepala yang di tutup tudung hingga menutupi pandangan. Ia mengkerut, mencoba berdiri namun tetap tak bisa.
Seorang berjubah hitam itu sepertinya mengerti Naga tidak bisa berdiri untuk menggapainya, akhirnya ia berjongkok, membuka tudungnya perlahan. Dan tentu, Naga tidak bisa untuk tidak terkejut saat itu.
Wajah itu...
Wajah itu sangat mirip dengan wajahnya...
Ralat, wajah itu nyaris sama hampir seratus persen dengannya.
Rambut putih dengan wajah bagai maha karya itu sungguh sempurna, bahkan sangat sempurna melebihi wajahnya. Bedanya, tatapan makhluk itu sungguh sangat berbeda dan terlihat misterius.
Ketika pandangan Naga menatap kedua bola matanya dia terkejut untuk ke dua kalinya. Dua bola mata makhluk itu berbeda, di mata kanan terdapat bola mata berwarna biru terang yang terlihat sejuk dan menghangatkan. Dan mata kirinya berwarna merah yang terlihat penuh dengan kekejaman dan aura gelap.
"Si...siapa lo!"
Sebut saja Dia.
Dia tersenyum remeh dari arah kiri, ketika giginya terlihat saat tersenyum smirk taring itu muncul. Dan itu membuat Naga ketakutan dan berusaha agak menjauh, karena kakinya tidak bisa berdiri dia akhirnya memilih mengesot sambil menjauhi diri dari makhluk itu.
"Si..siapa lo jangan deket-deket!" ia mengusir makhluk itu agar tak mendekati namun mustahil.
Makhluk itu kian mendekat dengan tatapan penuh intimidasi dan garang bagai pembunuh berantai.
"Pergi gue bilang!"
Satu...
Dua...
Ti...
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERICSKY
Fantasy"Dia kembali, untuk membuatnya bercahaya semula dari kegelapan." -&- Denaga Almero. Laki-laki bermata coklat dengan simbol sayap di lengan kanan. Sejak dahulu, Ia ingin mengungkap fakta sesuatu yang selalu menghantui dirinya selama bertahun-tahun. ...