[2] The Cure 21+

38.6K 585 15
                                    

--------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--------------------------

Baru saja aku memutar kursiku, tumpukan kertas di lemparkan kearahku dan salah satunya mengenai pipiku hingga baret.

"Apa susahnya kau belajar?! Aku hanya menyuruhmu belajar dan lihat nilaimu ini!" hardik Aboeji. Hatiku sepertinya mati, aku tidak lagi merasa ketakutan jika berhadapan dengan situasi ini.

Tidak sekali dua kali Aboeji memarahi ku, memukulku karena nilaiku turun sedikit atau naik tapi berada di peringkat yang turun. Tanganku memegang salah satu kertas yang berada dipangkuanku.

Semua kertas-kertas itu hasil ujian akhir yang tidak bisa kudatangi karena sakit. Ia mendekat kearahku "Lalu kemana logikamu? Bisa-bisanya kau berpikiran mencium doktermu sendiri? Apa aku menyekolahkanmu untuk menjadi rendahan seperti itu?" tanya nya.

Jantungku berhenti berdetak sesaat. "Apa?" tanyaku balik. "Kalau lagi-lagi aku tahu kau bersentuhan dengan dokter itu, aku tak segan membuat mereka sekeluarga kehilangan pekerjaannya!".

"Ah! Kau selalu membuatku gila! Kau sulit ya tahu diri" teriaknya sekali lagi dan membanting pintuku.

Aku mengatur nafasku satu persatu, dan baru terasa pipiku perih. Niatku untuk belajar pun hilang. Besok sudah senin lagi, aku harus pergi kuliah. Tenggorokanku terasa kering.

Bagaimana Aboeji tahu tentang kejadian tadi. Apa ada seseorang yang masuk ke kamar?. Siapa yang masuk tanpa mengetuk pintu. Tanpa melihat luka ku aku pergi tidur, berharap esok emosiku menjadi stabil selama di kampus.

Kriettt
"Siapa?" tanyaku dingin sambil menatap cermin merapikan baju yang ku kenakan. "Wah, aku baru kali ini melihatmu memakai baju rapi" ucap suara yang tak asing. Aku menoleh dan menemukan Joshua tengah menutup pintu kamarku.

Ia berjalan kearahku dan memelukku dari belakang. "Aku kesini sedari tadi subuh, Aboeji mu sakit.. tekanan darah nya tiba-tiba saja tinggi" jelas Joshua. Apa beliau sakit karena memarahiku semalam?.

Joshua memutar tubuhku dan menatapku lekat. "Pipimu kenapa?" tanya nya. Dari matanya aku bisa melihat kekhawatiran. Tatapan mata yang tak pernah aku terima sejak aku kecil selain dari para pelayan.

 Tatapan mata yang tak pernah aku terima sejak aku kecil selain dari para pelayan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[M] Seventeen Sweetness #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang