[9] Allurement 18+

7.6K 311 16
                                    

---------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---------

"Setelah ini diunggah di internet kau bisa menyudahi sandiwaramu" lanjut creative director. Mataku terfokus pada foto yang sempat Woozi miringkan kearahku.

Foto itu adalah saat aku dan Woozi berpelukan di tangga darurat tempat broadcast. Ah jadi mereka sengaja menjebakku seperti ini.

Sebelum mereka berdua menyadari keberadaanku, aku pergi ke studio Woozi dan mengemasi barang-barangku. Rasanya hari ini moodku jatuh dengan cepat.

Bisa-bisanya aku yang selalu paham akan setiap situasi kini menjadi clueless seperti ini. Menyebalkan, seharusnya aku tak boleh selengah itu sejak awal.

Di lorong utama aku berpapasan dengan Woozi. Ia masih berakting melemparkan senyuman manisnya. "Oh sudah jadwal latihan?" tanya Woozi lembut. Tangannya berusaha meraih kepalaku seperti biasa.

Aku memejamkan mata sesaat dan memegang tangannya agar tidak menyentuhku. "Iya, jangan menyentuhku di lorong utama" jawabku.

Aku mendekatkan wajahku ke telinga Woozi. "Bagaimana jika ada yang memotret dan menyebarkan gosip murahan?" bisikku.

Setelah itu aku langsung meninggalkan Woozi tanpa menunggu reaksinya. Aku se kecewa itu pada Woozi.

Ia juga tidak berusaha menahanku atau bertanya apa maksudnya. Woozi membiarkan aku meninggalkannya begitu saja. 

Lalu apa yang mereka rencanakan. Memberiku pelajaran karena aku selalu angkuh dan acuh?. Atau karena aku terlalu keras?. Aku tak seangkuh itu jika mereka mau berbicara baik-baik denganku.

Kalau diibaratkan mungkin aku seperti landak kecil. Aku akan memasang duri-duriku ketika merasa terancam dan tidak aman. Tapi aku akan menyimpannya jika tidak diusik. 

Creative producer itu menjebakku mungkin karena aku selalu menentangnya dan berdebat dengannya. Tapi tak seharusnya ia mengajak seseorang untuk memberiku pelajaran.

Seseorang yang aku bahkan tak pernah kenal dekat. Dan kini aku membencinya karena ulah creative producer tua itu. 

Tapi untuk apa juga Woozi mengiyakannya, apa aku terlihat menyenangkan untuk disakiti dan diganggu?. Apa itu yang ada dipikirannya?.

"Halo" sapaku saat memasuki ruang latihan. Memberku langsung tersenyum senang melihat kehadiranku. "Unnie! Apa Unnie lelah?" tanya mereka.

Teammatesku bergantung padaku, aku tak boleh terlihat sedih hanya karena akal-akalan kedua pria menyebalkan itu.

Aku menggeleng dan meletakkan tasku. "Kalau ada gosip tentangku, kalian jangan langsung meninggalkanku ya" ucapku. "Unnie bicara apa? tentu saja kami akan terus berada disampingmu!"

[M] Seventeen Sweetness #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang