[1] Lust, Desire 18+

30.3K 553 10
                                    

----------------------

Chagi: Iya, nanti malam ke apartemenku ya
Chagi: Nado saranghae❤️
Dokyeom langsung menyambar ponselnya. "Tidak sopan tahu!" ucapnya sedikit kesal. Aku membuang pandanganku dari Dokyeom.

Disini ada yang lebih berharga dari kakak tiriku yang egois itu. "Kita pergi sekarang, kalau kau sudah mau pergi kabari ya kuncinya kau taruh mana" ucap Mingyu. Jeonghan mengangguk dan tersenyum. "Jangan ganggu aku dan kesayanganku" jawab Jeonghan. Mingyu dan Wonwoo menggoda Jeonghan dengan mempraktekkan seperti berciuman. "Jangan dilihat, mereka gila" ucap Jeonghan sambil menutup mataku.

Satu persatu dari mereka mulai pergi meninggalkan kami berdua. Jeonghan mempersilahkan aku masuk kedalam ruangan yang ada disitu. Sebuah ruangan yang luas dan ber ac. Hebat juga basecamp mereka. "Mau menonton film? kami punya proyektor disini" ajak Jeonghan. Aku mengiyakan ajakannya dan menatap tubuh Jeonghan yang sibuk mempersiapkan proyektor.

Iya, aku cinta padanya bukan Dokyeom. Dialah yang harusnya aku cintai. Aku bertekad nanti malam mengutarakannya pada Dokyeom. Sama-sama memiliki kekasih, seharusnya Dokyeom mengerti yang kumaksudkan.

Jeonghan memilih film horror yang belum sempat ia tonton. "Aku takut" ucapku lirih sambil memegang sweater Jeonghan. "Imutnya.." Jeonghan membenarkan posisi duduknya. Kini ia bersandar ke sandaran tangan disofa. Kakinya ia selonjorkan.

"Mau duduk sini biar bisa ku peluk?" ucap Jeonghan sambil menepuk-nepuk space sofa yang kosong didepannya. Aku menghampiri Jeonghan malu-malu. Ini pertama kalinya skinship kami lebih dari berpegangan tangan atau merangkul dari samping.

Tubuh Jeonghan hangat, memberikanku perasaan nyaman. Karena tubuh kami sangat menempel aku dapat mencium parfum Jeonghan yang cenderung manis. Cocok sekali dengan kepribadiannya. Dokyeom juga cocok sekali memakai aroma musk. 'Kau gila ya Y/N, malah memikirkan bau musk itu' aku menyumpah diriku sendiri jika sekali lagi memikirkan Dokyeom maka malam ini aku tidak akan makan.

Backsound filmnya berbunyi nyaring membuatku terkejut dan reflek menarik tangan Jeonghan agar memelukku lebih erat. "M..mian" ucapku terbata lalu duduk menghadap layar. Jeonghan terdiam menatapku, tatapan penuh arti darinya menelusup masuk kedalam hatiku.

"Aku ingin sekali menciummu, apakah boleh?" tanya Jeonghan sambil menyibakkan rambutku kebelakang telinga. Jantungku berdegup kencang mendengar pertanyaan Jeonghan. "Boleh, aku kan milikmu" jawabku sesantai mungkin. Jeonghan merubah posisi duduknya seperti awal tadi dan mulai mendekatkan wajahnya kearahku.

Bibir kami telah bersentuhan dan Jeonghan membiarkannya cukup lama. Ia mengecup bibirku sekilas lalu menjauhkan wajahnya. Pipiku kembali memerah, dan rupanya pipi Jeonghan juga begitu. Ia mencoba menutupinya dengan telapak tangannya.

Tidak ada percakapan setelah itu, hanya kesunyian yang nyaman dan backsound dari film horror ini. Aku tidak lagi takut, lebih tepatnya aku masih belum bisa fokus setelah dicium Jeonghan. Walau hanya sekilas tapi aku ingin meloncat saking senangnya.

Dilayar proyektor terpampang adegan ciuman pemeran utamanya. Mereka melumat bibir satu sama lain dengan penuh gairah. Tatapanku berpindah menuju bibir Jeonghan yang pink merekah. Bibirnya sangat lembut dan sedikit tebal. Saat tengah mengamati bibirnya, aku tidak sengaja melihat jakun Jeonghan yang naik turun. Sepertinya ia juga tergoda melihat adegan itu di proyektor.

"Jeonghan-ah" panggilku. Jeonghan menoleh padaku dan menatapku dengan mata polosnya itu. "Kau mau?" tanyaku lirih. Jeonghan memiringkan kepalanya bingung. Aku tersenyum lalu memberinya kode tentang adegan tadi.

[M] Seventeen Sweetness #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang