Kepastian dari Dokter

20 7 2
                                    

Detak jantung para pembesuk Sakura menjadi tidak menentu. Terlebih setelah sang dokter keluar dari ruangan Kkura.

Ibu Sakura langsung mendekat. Sebagai satu-satunya wali yang hadir, tentu beliau merasa khawatir akan kondisi putri semata wayangnya.

Untung tak bisa diraih, malang tak dapat ditolak. Peribahasa itu menggambarkan suasana hati ibu Sakura. Wanita tua itu harus merelakan kepergian anak satu-satunya.

Tangisan beliau turut meneteskan bulir bening di pipi Hitomi. Dunia serasa tiada artinya bagi mereka. Sakura adalah alasan Hitomi untuk tetap bertahan di SMA Violeta. Meski gadis itu tidak tulus berteman dengan Hitomi.

Madam Sunny merasa bersalah. Dia sempat mengumpat Sakura sebelum menjenguknya. Guru itu sungguh menyesal karena belum meminta maaf. Anak sungai yang mengalir di pipi pun disekanya. Dia harus memberanikan diri untuk mengabarkannya pada madam-madam lain.

Pandangan Hitomi jadi tidak jelas akibat air mata yang menghalangi pandangannya. Rasa penyesalan akibat keterlambatan membuatnya ingin mati saja. Namun Hitomi tidak bisa. Masih banyak hal yang harus dia lakukan.

"Kau selalu punya tempat di hatiku, Saku-chan," batinnya untuk terakhir kali. Tubuhnya limbung, jatuh ke dekapan Taeyoung.

Lelaki itu kaget dan segera membaringkannya di kursi ruang tunggu. Digosoknya kedua tangan Hitomi. Berharap tubuhnya tidak kedinginan.

Min Hee yang ikut khawatir pun pergi mencari minyak kayu putih. Dia bergegas pergi ke tempatnya dirawat tadi. Beruntung belum ada pasien lain yang menempati ruangan tersebut.

Di sisi lain, Allen bersandar di bahu Serim. Napasnya sungguh berantakan. Lelaki itu cukup syok dengan kepergian Sakura, kini Hiichan tidak sadarkan diri.

Sebagai sahabat kecil Hiichan, Allen turut merasakan kesedihan gadis polos itu. Mimpi buruknya mungkin akan terulang. Ada hari di mana dia tidak bisa melihat senyum si gadis. Allen dan pacarnya berusaha mati-matian untuk menyenangkan Hitomi.

Berkebalikan dengan mereka, ekspresi Serim terlihat tenang. Dia menatap tajam ke ruangan Kkura. Seolah tidak ada beban yang harus dia pikul walaupun lelaki itu seorang ketua kelas.

Usai mengirimkan kabar duka, Madam Sunny menghampiri ibu Sakura. Mencoba menguatkan hati beliau meski rasanya pedih sekali. Baru pertama kali Sunny ditinggal pergi anak didiknya. Ternyata rasanya menyakitkan.

Dengan kondisi Hitomi yang tidak kunjung sadar, Min Hee memutuskan untuk menyewa taksi. Motornya itu dibiarkan di halaman parkir. Nanti orang suruhannya akan membawa pulang motor tersebut.

Taeyoung yang khawatir pun mengikuti dari belakang. Tidak peduli dengan angin malam yang menerjang. Di antara para pembesuk, hanya dia dan Allen yang mengetahui alamat kos Hitomi. Allen sendiri sibuk membantu ibu Sakura bersama Serim dan Madam Sunny.

Di dalam mobil, Min Hee tidak henti-hentinya memanjatkan doa agar Hitomi lekas sadar. Gadis dalam pangkuannya itu terlihat tenang, tidak sedih seperti yang dia lihat tadi. Namun keadaannya itu membuat Min Hee gelisah.

"Hiichan, kumohon sadarlah. Kau belum menjawab pertanyaannku," bisik lelaki itu. Tanpa sadar, sebutir air mata menetes. Jatuh tepat di pipi Hitomi. Kesedihan mereka membaur meski ditujukan untuk insan yang berbeda.

***

Maaf telat update. Maaf juga Kkura.

Oh ya, mari kita berdoa supaya korban  pesawat Sriwijaya Air dilapangkan kuburnya dan ditempatkan di sisi-Nya. Musibah datangnya enggak disangka-sangka. Sama dengan keberuntungan. Namun firasat kadang juga muncul sebelum kita menerima keberuntungan atau kebalikannya.

See you. Terima kasih sudah membaca sejauh ini.

[Hiatus] Emerald WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang