"Jinjja?" tanya Hitomi saat Taeyoung memintanya memilih menu yang ada di daftar makanan.
"Iyalah. Gue mau pesen juga. Laper," balas Taeyoung sambil menuliskan pesanannya di atas kertas
"Aku ngga begitu ngerti makanan di sini. Taeyoung aja yang pilih," kata Hitomi. Ia pusing melihat tampilan makanan yang menggiurkan semua.
"Ha ha. Oke," balasnya sambil menulis beberapa lagi.
"Diem aja di sini! Awas kalau kabur!" ancam Taeyoung yang akan membawa kertas pesanannya ke pegawai restoran. Hitomi menurut. Lagipula ia tak tahu tempat ini. Bisa nyasar kalau nggak ada Taeyoung.
***
"Eeh, pizzanya pink? Ini bisa dimakan?" tanya Hitomi heboh sendiri.
"Iya," balas Taeyoung sambil mengambil satu potong dengan garpu. Bukan Taeyoung yang makan. Cowo itu menyerahkannya pada Hitomi.
"Enak, Young," puji Hiichan setelah menggigit sepotong pizza yang masih mengepulkan asap. Tidak terlalu panas, tapi aromanya menggugah selera. Rasanya juga cocok di lidah Hitomi.
"Ya iyalah. Pilihanku ya pasti top markotop," sombongnya lalu mengunyah daging sapi asap.
Sesekali, Taeyoung tertawa kecil melihat tingkah Hitomi. Maklum, Hitomi tidak dibesarkan di sini. Ia dari pulau seberang. Bagi Taeyoung, Hitomi adalah cewek terkalem di kelas. Ga banyak tingkah kayak yang lainnya.
***
"Besok kalau aku udah kerja, Taeyoung gantian aku ajak makan, ya. Aku yang bayar," celoteh Hitomi saat akan menaiki motor.
"Iya, iya. Terserah Hitomi aja dah," jawab Taeyoung sambil mulai keluar dari parkiran.
Hari sudah beranjak malam. Kerlap kerlip lampu menghiasi jalanan kota. Hitomi nampak gembira melihat semua itu.
Tiba-tiba Taeyoung berhenti mendadak. Hitomi pun menabrak Taeyoung. Beruntung tidak ada kendaraan di belakang. Kalau ada, habislah mereka. Bisa masuk rumah sakit."Mian. Hiichan, pegangan yang kuat!" komando Taeyoung sambil berputar arah. Awalnya sih lajunya biasa aja. Tapi lama kelamaan, buset dah. Kencengnya bukan main.
"Santai dong, Young. Kenapa, si?" tanya Hitomi setengah berteriak.
"Kepo" balas Taeyoung yang tetap mempertahankan laju motornya.
Hitomi jadi ngeri sendiri. Jalanan seperti blur. Tak terlihat dengan jelas. Sekarang ia paham kenapa Seongmin melarang Taeyoung untuk ngebut. Ngebutnya ga kira-kira woi. Ini balapan apa?
"Moga cepet sampai rumah," harap Hitomi.
***
Hitomi lega. Mereka sudah memasuki persimpangan yang biasa dilewati Hitomi untuk sekolah.
"Dari sini, kau ambil arah mana?" tanya Taeyoung sambil melambatkan laju motornya. Hitomi pun dengan senang hati menunjukkan arahnya pada Taeyoung. Meski kadang Taeyoung melewatkan persimpangannya, mereka tetap sampai di rumahnya Hitomi.
"Makasih banyak, Young" ujar Hitomi setelah Taeyoung kembali membantunya melepaskan helm karatan itu.
"Yoi. Gua langsung cabut, ya," pamit lelaki tersebut seraya menoleh ke belakang, memastikan supaya motornya tidak menabrak sesuatu saat akan berputar balik.
"Eh, bentar," tahan Hitomi seraya menyelipkan sekotak susu UHT di saku baju Taeyoung yang di dada. Spontan, Taeyoung berteriak, "Whoa!" Hitomi ikutan kaget mendengarnya
"Itu susu UHT, Young. Bukan bom. Ga usah teriak napa?" kata Hitomi seperti ngerap.
"Ga, gapapa," jawab Taeyoung sambil memindahkan susu UHT ke tas sekolahnya.
"Biar ga jatuh," dalih Taeyoung. Hitomi pun mengangguk paham.
"Aku pergi ya, daa," pamit Taeyoung dengan nada agak aneh. Grogi kayanya dia. Hitomi memandang kepergiannya sambil melambaikan tangan.
***
"Hiichan, elu ga kenapa-napa kan?" tanya Seongmin saat datang ke kelas. Hitomi mengangguk.
"Ooh, jadi elu yang diboncengin Taeyoung tadi malem?" tanya Wonjin tiba-tiba.
Hitomi diam. Ia ingat saat Taeyoung tiba-tiba putar arah. Ngebut pula.
"Eh, elu ngelayap ke mana? Kok sampe ngeliat Taeyoung?" tanya Seongmin.
"Beli gula pasir. Dia ngebut ga karuan seingetku," jelas Wonjin seraya mengingat-ingat.
"Wah, manusia satu itu. Minta digeprek dia. Mana Taeyoung? Mana?" teriak Seongmin dengan nada menantang
"Biarin aja, Min. Lagian nggak kenceng banget kok," balas Hitomi berbohong. Aslinya dia takut setengah mati pas Taeyoung ngebut tadi malem.
"Apa cari gue?" tanya Taeyoung yang tiba-tiba muncul di belakang Seongmin. Seongmin pun kaget.
"Munculnya biasa aja sii," omelnya sambil memukul Taeyoung menggunakan novel putihnya.
"Semalem gua liat mantan gua. Ya gua puter balik lah," bisik Taeyoung pada Seongmin. Meski bisik-bisik, suaranya Taeyoung kedengeran Wonjin sama Hitomi.
"Terabas aja, coi. Siapa tau mantan lu klepek-klepek lagi ama elu," sambut Seongmin
"Jangan keras-keras napa?" marah Taeyoung seraya mencubit pelan bahu Seongmin
"Maap," sahut Seongmin.
"Mantan lo anak mana? Perasaan lu ga pernah deket ama cewe. Atau ... mantan lo itu cowo?" kepo Wonjin
"Berisik," balas Taeyoung sambil duduk di tempatnya. Ia sengaja mengabaikan pertanyaan Wonjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Hiatus] Emerald Whisper
Fiksi Penggemar[Update Sabtu/Minggu] Hitomi, siswi SMA yang menyukai rekan sekelasnya. Akankah cintanya dibalas pula? Atau ada orang lain yang akan merebut hatinya?