Kepergian Sakura

26 6 0
                                    

Bam!

Suara pintu yang ditendang itu memecah konsentrasi Hitomi. Perempuan cantik itu menoleh. Di hadapannya, berdiri seorang wanita berambut pendek sedang menjewer telinga Serim dan Allen.

Min Hee sama terkejutnya dengan Hitomi. Mereka diam seribu bahasa.

"Kalian ngapain di sini? Lupa kalau hari ada latihan olimpiade? Wonyoung udah nunggu kalian. Eh, kalian enak-enakan bolos!" marah madam Sunny.

Beberapa pembesuk menoleh akibat teriakan beliau. Mereka berpikir bahwa wanita berkemeja putih itu galak.

"Maaf, madam. Kami mau menjenguk Sakura," kata Taeyoung memberanikan diri. Kalau bukan dia, siapa lagi yang bisa menjelaskan. Serim dan Allen pasti kesakitan, sedangkan Hitomi dan Min Hee gagal fokus.

"Anak sialan itu?" tanyanya seraya menatap langit-langit. Dilepaskanlah tangannya dari telinga Serim dan Allen. Sunny menghela napasnya berulang kali. Dia masih marah karena ulah Sakura beberapa minggu yang lalu. Atau sudah berganti bulan? Entahlah, Sunny tidak mau mengingatnya.

"Terus kau ngapain di situ?" tanya madam Sunny pada Min Hee.

"Aku?" tanyanya dengan muka tak bersalah. Taeyoung tidak berani menoleh, tapi dia bisa tahu kalau madam Sunny bisa naik darah karena hal sepele macam itu.

"Memangnya siapa lagi yang duduk di atas kasur?" bentaknya lalu memegangi dahinya. Jujur, dia sangat kesal harus berteriak malam-malam. Apalagi dia kecapaian.

"Maaf, madam. Tadi aku pingsan," jawab Min Hee. Hitomi mengangguk dan merapat pada  Taeyoung. Takut dengan kemarahan madam Sunny.

"Jinjja? Aish. Kenapa banyak murid yang sakit? Apa kalian janjian?" keluhnya seraya menatap tajam ke arah Serim. Si ketua kelas tidak menatap balik. Takut memperkeruh suasana yang runyam ini.

"Sudahlah. Ayo jenguk Sakura," ujar madam Sunny. Kepergiannya diiringi tatapan kelima muridnya yang sebagian besar ketakutan.

Sadar bahwa tidak ada yang mengikutinya, Sunny menoleh. "Buruan!" teriaknya memerintah. Tanpa aba-aba lagi, mereka mengikuti kemauan Madam Sunny.

Di sebuah ruangan, mereka berhenti. Gadis cantik itu ada di sana. Terbaring lemah, lengkap dengan infusnya. Tanpa sadar, Hitomi menitikkan air mata. Berlari menuju pintu yang terbuka.

"Apa kau nggak punya sopan santun?" tanya madam Sunny dengan nada yang sedikit lebih rendah. Dia malu karena di depannya ada ibunya Sakura.

"Padahal tadi teriak-teriak nggak jelas," batin Allen.

"Maafkan murid saya, bu. Sepertinya dia sangat ingin bertemu Sakura," ujar madam Sunny berbasa-basi.

Ibunya Sakura ikut tersenyum. Memaklumi perasaan gadis itu. Dia pasti sahabat dekat Sakura. Makanya dia rela datang untuk menjenguknya. Bersama guru pula. Pasti Sakura anak baik. Begitulah  pikir ibu Sakura.

"Kkura, Kkkura," panggil Hitomi risau. Bulir air matanya membasahi tangan dingin Sakura.

Hening. Tidak ada sahutan. Yang ada hanya tatapan cemas dari kawan-kawannya. Karena rindunya sudah tak tertahankan lagi. Honda Hitomi langsung memeluk Sakura dan kaget seketika.

Buru-buru ia menoleh ke arah mereka. Netranya membelalak. Melihat itu, perasaan Madam Sunny jadi tidak enak.

[Hiatus] Emerald WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang