Pengakuan Min Hee

21 6 0
                                    

Hai, ketemu lagi setelah tiga minggu ghosting :) Maafin author yang tidak bertanggungjawab ini

Oh ya, buat yang suka 48G, jangan lupa beli tiket buat nonton AKB48 Group Asia Festival 2021 online. CGM48 udah rilis MV single ori, JKT48 rilis Darashinai Aishikata, AKB48 TTP mau rilis (atau malah udah) Hashire Penguin! Sub unit BNK48 yang namanya VYRA mau rilis single. =LOVE rilis MV, judulnya Sakura apa gitu. Ga bisa baca kanji T_T.

WIZ*ONE mah kemarin udah dikasih konser. Sedih batt asli. Kalau LUVITY apa ya? Streaming MV Bad Habits?

Oke, biar nggak kebanyakan basa-basi. Langsung aja baca ceritanya. Semoga suka. See you next time ^_^



"Saudari sepupuku. Dia selalu menempel padaku," jawab Min Hee.

Hitomi sedikit lega, tapi masih ada rasa cemburu di hatinya. Dia bukannya berprasangka buruk, tapi heran mengapa seorang saudari sepupu terlihat sangat dekat dengan Min Hee. Bukankah sedikit mencurigakan?

"Apa yang kau lamunkan?" tanya lelaki itu seraya menjentikkan jarinya di depan mata Hitomi.

Gadis itu pun terkejut, bingung mau menjawab apa. Mana mau dia mengatakan yang sesungguhnya. Jaga image sedikit.

Min Hee tersenyum, lalu mengajak gadis itu sarapan. Bukannya mengangguk, senang, atau apa, Hitomi malah mengernyit.

"Nggak mau makan? Nggak laper?" ujar Min Hee lagi.

"La-laper," jawab Hitomi malu-malu.

"Nah, makanya. Ayo makan bareng aku," kata Min Hee sembari menarik tangan Hiichan.

Pipi gadis tersebut memerah. Dia merasa canggung saat diperlakukan seperti ini. Semoga jantungnya tidak meledak.

Min Hee mengernyit ketika mencium bau masakan. Seingatnya, hanya ia sendiri di rumah. Lantas, siapa yang memasak? Tidak mungkin Hiichan, bukan?

Rasa penasaran lelaki tersebut terjawab kala mendapati Hyeongjun di ruang makan. Sahabat baiknya tersebut menyiapkan banyak makanan.

"Wah. Apa kita mau berpesta?" tanya Min Hee begitu sampai. Tak lupa ia lepaskan genggaman tangannya. Wajahnya sudah hampir mirip kepiting rebus.

Hyeongjun menoleh, lantas menyapa, "Selamat pagi, Minii, Hiichan."

"Pagi juga, Hyeongjun," balas keduanya serempak.

"Kapan kau datang?" tanya Min Hee seraya membantu lelaki tersebut untuk mengelap piring.

Sahabat karibnya tersenyum, "Tadi malam. Kau baru saja pulang saat aku datang."

"Benarkah? Aku tidak tahu. Aku minta maaf. Harusnya aku menemuimu terlenih dahulu," sesal Min Hee.

"Gwenchanha, gwenchanha," sahut sahabatnya sembari menaruh mochi di piring. Dia membelinya pagi-pagi sekali.

Hitomi berkata, "Hyeongjun, kau menyiapkan semua ini?"

"Di sini, apakah ada orang lain selain aku?" jawabnya kesal.

Gadis itu pun mengangguk sambil tersenyum. Ternyata, Hyeongjun sangat mandiri meski kadang ia manja pada Min Hee di kelas.

"Nah, sudah siap. Selamat makan," kata Hyeongjun lagi sembari menyumpit sebiji tteokbokki.

"Oi, duduklah dulu," kata Min Hee semnari mendudukkan sahabatnya di kursi.

Hyeongjun pun cengengesan, "Aku terlalu bersemangat."

Min Hee menggeleng-gelengkan kepalanya, lantas duduk di kursi kosong. Barulah setelah itu mereka berdoa bersama.

"Mantap. Kau harusnya membuka restoran," puji Hiichan setelah suapan pertama. Lidahnya benar-benar dimanjakan oleh masakan Hyeongjun.

"Sampai seribu tahun pun, dia tidak akan mau," sahut Min Hee yang segera dihadiahi tatapan tajam dari Hyeongjun.

Dia bukannya tidak mau membuka restoran. Hyeongjun ingin, tapi sepertinya akan merepotkan. Harus mencari pelanggan, pegawai, hingga berbagai macam surat izin.

"Kalau begitu, kenapa Hyeongjun tidak jadi chef saja? Aku yakin ada banyak restoran atau hotel yang tertarik dengan masakanmu," tanya Hiichan lagi.

Min Hee menjentikka  jari. Itu ide yang sangat bagus. Dia bahkan tidak pernah memikirkan hal tersebut.

"Keluargaku tidak menginginkan hal itu. Kalau aku tidak bisa jadi PNS, katanya aku hanya boleh berwirausaha. Tidak boleh bekerja di perusahaan," kisahnya, lantas melahap nasi.

Gadis itu kembali diam. Sungguh sayang bila bakat dan minat Hyeongjun bertentangan dengan keinginan kedua orang tuanya. Padahal, pekerjaan apa pun ada risikonya dan ada untung ruginya.

"Kalau begitu, satu-satunya jalan adalah kau membuka restoran," timpal Hiichan.

"Sudah kubilang itu merepotkan," tepis Hyeongjun.

'"Kami akan membantumu jika suatu saat nanti kau berubah pikiran. Kau punya kami, kau bisa meminta bantuan kami. Oke?" ujar Hitomi mencoba meyakinkan.

Melihat ketulusan hati gadis tersebut, Hyeongjun mengangguk ragu. Kini ia paham mengapa Min Hee bisa jatuh hati dengan Hitomi.

"Kau sangat baik hati," batin Hyeongjun dalam diam.

[Hiatus] Emerald WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang