Klarifikasi Rasa

25 5 0
                                    

Hari berikutnya, Hiichan merasa sekujur tubuhnya pegal. Maka dari itu, ia menggeliat dan tangannya membentur sesuatu yang keras. Tanpa pikir panjang, Hitomi membuka matanya.

Betapa terkejutnya gadis tersebut ketika menyadari bahwa tangan kanannya menyentuh dagu Min Hee. Karena dirasa terlalu tidak mungkin untuk tidur seranjang dengan lelaki tersebut, Hiichan kembali memejamkan mata.

"Tuhan begitu baik hari ini. Aku bahkan bisa memimpikan Min Hee," celotehnya seraya menyentuh lembut pipi putih bersih milik teman sekelasnya itu. Ia tidak ingin melewatkan kesempatan emas ini. Kapan lagi dia bisa memimpikan Min Hee?

Seketika, tubuh Min Hee menegang. Ia yang niatnya berpura-pura tidur pun gagal mempertahankan aktingnya. Min Hee ingin tertawa saking senangnya, jadi dirinya membuka mata. Bersitatap dengan Hitomi membuat debaran jantungnya bertambah kencang.

Di saat itu pula, netra Hitomi membulat sempurna. Terkejut melihat Min Hee terbangun dari tidur indahnya. Perlahan, lelaki tersebut bertanya, "Sudah bangun?"

"Su-sudah. Apa aku me-mengagetkanmu?" balasnya gugup.

"Tidak sama sekali," ujar Min Hee sembari menggenggam tangan Hitomi yang masih ada di pipinya.

Dada Hiichan berdesir, rasanya hal seperti ini terlalu nyata untuk disebut sebagai mimpi. Apalagi deru napas Min Hee terasa menyapu wajah Hitomi. Karenanya, Hitomi memberanikan diri untuk bertanya, "Apa ini mimpi?"

"Semisal ini hanya mimpi, apa kau mau mewujudkannya?" sahut Min Hee balas bertanya.

"Ma-maksudmu?" tanya Hiichan yang jantungnya nyaris melompat keluar.

"Jadilah pacarku. Mau?" tawarnya dengan harapan yang membumbung tinggi ke angkasa.

Lagi-lagi bayangan Taeyoung berkelebat di benak Hiichan. Dia tahu, ini bukan saatnya memikirkan lelaki yang terkesan imut bila rambutnya dikedepankan, berponi.

Bagaimana pun, Hitomi tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Ia sudah melewatkannya sekali, siapa tahu ini bisa jadi latihannya saat menjawab pertanyaan Min Hee di dunia nyata.

(Note: Hiichan masih nyangka kalau ini cuma mimpi, yap)

"Ya," setuju Hitomi dengan pipi yang merah merona.

Min Hee tersenyum manis, membuat gadis di hadapannya segera memandang ke sembarang arah. Ia terkekeh dan mendekapnya erat-erat.

"Ini bukan mimpi, kau milikku sekarang," bisiknya pelan di telinga Hitomi.

Sontak, netra gadis itu membelalak. Benarkah ini nyata? Rasanya terlalu mustahil untuk sekamar bersama Min Hee.

"Apakah memilikiku terlalu mustahil hingga menganggap ini mimpi belaka?" ujarnya lagi seraya menatap ke netra Hitomi. Relung hatinya resah, takut bila Hiichan membatalkan hubungan mereka yang baru saja terjalin.

Setitik bulir bening mengalir dari sudut mata Hiichan. Dia mengenang akan hari di mana Min Hee berjalan bersama seorang perempuan.

"Min Hee punya pacar selain aku? Atau ada mantan barangkali," tanyanya polos.

"Enggak tuh. Kenapa? Cemburu ya? Ih, gemes deh," jawab Min Hee seraya mencubit kedua pipi Hiichan.

"Bu-bukan itu. A-aku pernah lihat Min Hee jalan bareng perempuan cantik. Kukira pacarmu," balas Hiichan tanpa mampu memandang netra indah Min Hee.

"Ah, jadi itu benar-benar kau. Menggemaskan sekali," ucap lelaki tersebut seraya mengusap pelan pucuk kepala Hitomi.

Pacarnya cuma diam dengan pipi yang bertambah merah. Dia merutuki mulutnya yang bicara terus terang. Kepalang tanggung karena sudah mencebur, Hiichan meneruskan pertanyaannya. Ia harus tahu sebelum memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka atau menghentikannya sekarang juga.

"Dia siapa?" tanya Hitomi menuntut.

[Hiatus] Emerald WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang