Sebuah Cerita

28 5 0
                                    

Seorang suster berjalan dengan riang. Kedua tangannya membawa baki berisikan secangkir kopi.

"Ah Rim nggak datang lagi?" tanya seorang dokter yang menatap kedatangan si suster berambut hitam.

"Enggak, pak. Rencananya kami mau membesuk Ah Rim. Apakah bapak mau ikut juga?"

Suster cantik itu berbicara sambil meletakkan nampannya di atas meja sang dokter.

"Nanti saya kabari lagi," balas sang dokter sambil tersenyum simpul.

"Baik, pak," balasnya sopan seraya pamit undur diri.

Tepat ketika suster itu membuka pintu, sang dokter mengucapkan terima kasih.

"Terus?" tanya Hitomi tak sabar mendengar kelanjutan cerita Allen Ma.

"Gue singkat aja, ya?"

"Ih, kok gitu?" rajuk Hitomi

"Ya kalau lo tahan dengerin ya gapapa. Gue sih ogah," sahut Serim seraya menaikkan kaki kanannya di atas kaki kirinya.

"Memang kenapa, Rim?" tanya Hitomi sambil menoleh.

Tanpa diminta lagi, Serim membisikkan sesuatu di telinga Hitomi. Gadis itu pun terkejut, bertanya, "Seriusan?"

Pertanyaannya itu pun disambut anggukan kepala si baju biru. Akhirnya Hitomi pun mengalah. Mengikuti keinginan Allen yang ingin menyingkat ceritanya.

"Semenjak hari itu, mereka tambah akrab. Terus si suster jadi selingkuhannya si dokter. Suatu hari, selingkuhannya yang lain dateng. Dia suster rumah sakit tempat Ye Na dirawat. Nah, ketemulah suster sini sama suster RS nya Ye Na,"

"Bentar. Lo ga mau inisiatif kasih inisial atau apa kek? Gue bingung nih," potong Hitomi.

"Banyak tuntutan," komentar Serim.

"Idih, kabel putus nyam ...," kata-kata Hitomi terhenti ketika sadar bahwa Serim adalah ketua kelasnya. Makanya ia memutuskan untuk mengabaikan lelaki itu. Kembali fokus pada Allen.

"Ya udah, suster sini B, yang sana A. Gimana?"

"Ooh, ok. Lanjut Llen," setuju Hitomi

"Suster B jadi cemburu. Terus, diundanglah suster A ke bangunan yang tadi kita berkelahi itu. Awalnya suster A ngerasa biasa aja. Tapi, setelah tindak-tanduk suster B keliatan mencurigakan, suster A ini mau kabur. Pakai alasan ke kamar mandi. Suster B ngebolehin. Nah, pas si suster A balik badan, suster B ambil alat pemadam kebakaran. Apa tuh namanya? Yang warna merah itu,"

"Itu pokoknya," timpal Hitomi dengan raut muka serius.

"Gak cuma ngambil, ditimpuklah kepala si suster A sampai pingsan. Enggak berdarah sih. Tapi pas divisum, katanya ada pendarahan di bagian dalam,"

"Kasian," komentar Hitomi

"Iya. Parahnya lagi, suster B nyeret suster A. Dikunci di ruangan, tanpa dikasih makan berhari-hari. Terus, polisi nerima laporan hilangnya si suster A. Dilakukan penyelidikan sampe nggak sengaja nemuin suster A di ruangan itu,"

"Syukur deh. Suster A gapapa berarti, 'kan?"

"Gapapa apanya? Kakinya aja nggak menapak tanah," jawab Allen yang cukup kesal.

"Ma-maksud lo ... ,"

"Iya, suster A gantung diri," jawab Serim enteng.

"Banyak bekas luka di tubuhnya. Kayaknya suster A nyoba bundir," lanjut Allen.

Seketika, bulu kuduk Hitomi merinding. Membayangkan sosok sang suster yang tersenyum di langit-langit.

"Setelah kasus itu terungkap, suster B ditahan dan akhirnya dijatuhi hukuman mati. Dua hari sebelum pelaksanaan hukuman, suster B melarikan diri. Malangnya, ia tertabrak truk dan tewas seketika. Ada rumor yang mengatakan bahwa kecelakaan itu disebabkan sosok suster A. Dia menampakkan dirinya, sehingga sopir truk membanting stir ke kiri. Sampai sekarang, arwah suster A dan B gentayangan. Kalau suster B sih paling cuma  nangis ga jelas. Suster A yang parah. Dua orang kritis akibat ulahnya,"

Begitu Allen menutup ceritanya, sang dokter keluar dari ruangan tempat Min Hee dirawat. Tanpa membuang waktu lagi, Serim segera menanyakan keadaan terkini Min Hee.

[Hiatus] Emerald WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang