"S... selamatkan anakku,"
~~~
"Dokter!!! Tolong!!!"
Segera semua tim medis memasuki ruangan itu, dan tentu saja Allan 'diusir' untuk menunggu di luar ruangan.
Allan mengintip dari luar, melihat bagaimana semua dokter mengupayakan yang terbaik untuk Jessie.
Ia terus menerus berdoa dalam hati. Memohon keberuntungan untuk wanita lemah itu.
Terpaksa dokter menyarankan untuk dilakukan perlakuan medis lagi.
Jadi wanita itu kembali dibawa menuju ICU.
Untuk beberapa jam Allan masih setia menunggu penanganan usai.
Ia terus berharap agar Kakak bisa selamat apapun yang terjadi.
Tanpa disadari ternyata penanganan sudah usai dan dokter menghampiri Allan yang masih duduk setia menunggu.
"Bagaimana hasilnya dokter?"
Wajah dokter itu terlihat sangat tidak puas.
"Hah, kami sudah berusaha yang terbaik. Namun Kakak anda tidak akan bisa hidup lebih lama lagi,"
"Ternyata Pasien mengalami pendarahan di otak yang tak bisa ditangani. Sekali lagi kami mohon maaf,"
Mendengar jawaban dokter itu, dada Allan terasa sesak. Rasanya hatinya hancur berkeping-keping.
Spontan Allan mencengkeram kerah dokter itu. "Katakan kepada saya bahwa Kakak baik-baik saja dok!!"
"Maaf tuan, kami sudah melakukan yang terbaik. Dan itu hasilnya," Dokter itu tak terlihat marah terhadapnya, ia seperti memaklumi kejadian seperti ini.
Savian yang datang tiba-tiba berusaha melerai, namun Allan masih bersikeras memaksa dokter itu untuk melakukan apapun.
"Tolong selamatkan Kakak saya dok!! Dokter mau berapa? 1 miliar? Satu triliun? Akan saya bayar berapapun yang dokter minta, tapi selamatkan kakak saya dok!!" Allan menangis masih dengan cengkeramannya di kerah dokter itu.
"Allan! Sadar Lo!! Udah Lan udah!" Ucap Savian berusaha melepaskan cengkeraman pria itu dari kerah sang dokter.
Perlahan Allan melepaskannya.
"Maaf, Tuan. Kami sudah melakukan apa saja, namun itu semua kembali lagi kepada yang di atas. Kami hanya dokter, bukan Tuhan. Jika Tuhan berkehendak lain, kami juga tidak bisa berbuat apapun," Jelas dokter itu masih sabar, menenangkan Allan.
"Kalau begitu, saya permisi," Dokter itu segera pergi meninggalkan Allan yang hatinya hancur.
Ia segera berlari menuju ruangan dimana Jessie terbaring.
"Kakak!!" Allan mencium tangan Jessie yang begitu dingin.
"Kakak harus kuat! Kakak pasti bisa!" Allan tersenyum dibalik perihnya hatinya.
Tiba-tiba mata wanita itu terbuka.
"A-Allan...,"
"T-terimakasih...," Ia tersenyum sambil menitikkan setetes air mata ke pipi merah pucatnya.
"Kakak gak akan kemana-mana kan?" Tanya Allan penuh harap di dalam tangisnya.
"K-ka..kak, h-harus pergi," Jessie memegang tangan Allan.
"Enggak kak! Kakak gak boleh pergi!!"
"B-boleh aku bertemu dengan anakku?" Tanya nya dengan nada yang sangat lirih.
Setelah Allan memanggil suster, akhirnya ia membawakan Lea ke pelukan Jessie.
"Putriku...," Wanita itu tersenyum penuh haru.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU [LOUIS PARTRIDGE] ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] Jika itu adalah kamu, tolong lindungi aku dari apapun. . . . "Alisha! Lo harus ikut gue, Lo masih ada urusan sama gue!!" "Alisha, jangan dengerin dia. Yang penting sekarang nilai kamu, kamu harus belajar sama saya. Demi nilai kamu!" "Ali...