Happy Reading!
Sudah hampir 1 jam Jessie sedari tadi mondar mandir menunggu kedatangan Reynand yang tak kunjung pulang.
"Kemana ya? Udah larut malam, tapi Rey belum juga pulang," Jessie menggigit gigit jarinya khawatir.
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar menuju ruang tengah dimana Jessie berada.
Terlihat Reynand berjalan sambil menenteng jas nya dengan langkah panjang, wajah nya babak belur. Pakaiannya berantakan.
Jessie menghampiri suaminya itu dengan wajah kaget melihat keadaan suaminya yang penuh lebam itu.
"Rey, kamu kenapa? Kenapa wajah kamu babak belur!?" Jessie menangkup wajah Reynand dengan penuh kekhawatiran.
Namun Reynand menampis tangan Jessie yang menyentuh wajahnya.
"Jangan sentuh aku," Rey menatap Jessie dengan tatapan tajamnya.
Jessie tampak sedikit shock dibuatnya.
"Tapi Rey, wajah kamu penuh lebam. Harus diobati," Jessie tampak khawatir dengan suaminya itu.
"Aku bisa melakukannya sendiri,"
"Tapi Rey, izinkan aku yang melakukannya,"
"Aku mohon,"
Rey menatap Jessie sejenak. Tanpa berkata, ia mengijinkannya. Ia segera duduk di sofa ruang tengah menunggu Jessie mengambil kotak p3k.
Beberapa menit kemudian Jessie sudah kembali dengan kotak p3k nya itu dan duduk di sampingnya.
Jessie segera memulai mengobati luka lebamnya. Dimulai dari membersihkan nya, memberikan obat salep, dan sebagainya.
"Apa yang baru saja kau lakukan, Rey? Mengapa kau bisa seperti ini?" Tanya Jessie sambil mengoleskan salep ke pucuk bibirnya.
"Diamlah, dan lakukan pekerjaanmu,"
Tiba-tiba Jessie menghentikan aktivitasnya.
"Mengapa ber-"
"Tolong jangan lukai dirimu sendiri, Rey. Aku sangat khawatir," Jessie memeluk Reynand yang membuat pria itu terduduk kaku.
"Jagalah dirimu. Aku tak ingin kau terluka,"
Bruk
Reynand mendorong Jessie menjauh darinya.
"Dasar lancang," Reynand segera bangkit menjauhi Jessie menuju kamarnya.
Jessie tertunduk meratapi Rey yang belum juga berubah. Sifatnya semakin kasar kepadanya.
Namun tiba-tiba Jessie tersenyum.
Terimakasih Tuhan, akhirnya aku bisa memeluk suamiku sendiri untuk pertama kalinya.
~~~
Setelah beberapa hari Savian lembur, akhirnya hari ini mereka makan malam bersama lagi.
"Sayang, kayaknya aku bakal sibuk lagi deh,"
"Terus?" Tanya Alisha dengan wajah kesal.
"Ya gitu. Terus kayaknya aku bakal ke Singapura buat ngurus proyek kerjasama di sana,"
Tiba-tiba Alisha membanting sendok dan garpunya ke atas piring.
"Kalau gitu ngapain kamu susah-susah pulang kalo akhirnya mau pergi lagi? Capek tau masakin makanan buat kamu!" Alisha malah melipat tangannya ke depan dada dan menghentikan aktivitas makannya.
"Sayang, jangan ngambek lah! Kan semua ini buat keluarga kecil kita, coba kalau gak ada yang cari uang? Muk jadi gembel cantik kamu?"
"Y-ya, tapikan tetep aja! Kamu jarang ada waktu buat kita, huh," Alisha kini memasang wajah kesal bak anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU [LOUIS PARTRIDGE] ✔️
Teen Fiction[COMPLETED] Jika itu adalah kamu, tolong lindungi aku dari apapun. . . . "Alisha! Lo harus ikut gue, Lo masih ada urusan sama gue!!" "Alisha, jangan dengerin dia. Yang penting sekarang nilai kamu, kamu harus belajar sama saya. Demi nilai kamu!" "Ali...