2 tahun kemudian
"Aku mau kita cerai," Ucap Reynand mantap.
"Apa!?" Wanita itu terlihat shock mendengarkan kalimatnya, namun Reynand tak akan iba terhadapnya. Karena dialah yang menyebabkan semuanya berantakan.
"Apa maksud kamu!? Apa kamu gak malu sama keluarga kalau kita tiba-tiba cerai?"
"Ya tapi aku udah gak tahan, asal kamu tau gak cuma keluarga yang aku pikirin! Tapi juga pekerjaan ku juga banyak yang harus aku pikirkan!"
"Apa? Pekerjaan? Aku gak yakin kamu memikirkan pekerjaan mu setiap saat. Karena faktanya, wanita itu yang selalu ada di pikiran kamu!"
"Aku juga tahu, alasan kamu ingin pindah ke Indonesia lagi karena wanita itu kan? Kamu selalu memikirkan wanita itu!"
Reynand sudah mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk meraih pipi wanita itu. Namun ia menghentikannya.
"Apa? Mau tampar? Silahkan! Setiap hari aku selalu kamu tampar! Tapi kenapa sekarang takut?"
"Semenjak kamu kembali ingat akan wanita itu, kamu semakin keras kepadaku. Pada awalnya kau hanya cuek, tapi sekarang kau seakan menganggapku hanya boneka usang yang kau mainkan sesuka hatimu! Tapi apa sekarang? Mengapa kau tak menamparku? Apa yang kau takutkan?" Jessie menatap Reynand menantang.
Reynand menatap wanita itu dengan mata merah penuh kebencian, bak banteng yang akan menyeruduk.
Ya, ia benar-benar membencinya. Tak pernah sedetikpun ia akan mencintai wanita itu.
Tidak pernah, dan tidak akan pernah.
Reynand segera keluar dari apartemennya meninggalkan Jessie yang masih menangis tersedu-sedu.
Ia segera memacu mobilnya dengan kecepatan penuh.
Entah mengapa tiba-tiba ia ingin berhenti di sebuah mall.
Mungkin ia teringat akan kebersamaan bersama wanita itu dulu.
Alisha.
Ya, benar yang dikatakan Jessie. Reynand memang selalu memikirkan gadis itu.
Setiap waktu.
Perasaan ini tak akan bisa ia hapus begitu saja. Masih ada bercak-bercak rindu di hatinya.
Masih dengan baju kantornya ia berjalan tanpa tahu arah.
Tiba-tiba langkahnya terhenti. Tak jauh dari tempat ia berdiri, terlihat seorang anak kecil sedang meraih mainan yang terletak jauh dari jangkauannya.
Ia menghampiri anak lelaki itu dan meraih apa yang diinginkannya.
"Hei, apa kau mau ini?"
Anak kecil itu menatap Rey dan mengangguk penuh ingin.
Eh, bukankah anak ini adalah anak Alisha?
"Yasudah, pegang ini. Akan saya bayarkan,"
Anak itu tersenyum bahagia, persis seperti senyum ibunya.
"Ah iya, kenapa kamu di sini sendirian? Di mana ibumu?"
"Bunda lagi belanja,"
Anak ini ditinggal sendirian?
"Ah, begitu," Reynand mengangguk paham.
"Tunggu di sini, ya. Aku akan membayarkannya,"
Reynand segera berjalan menuju kasir untuk membayar mainan anak itu.
"HEH, DASAR OM-OM KURANG AJAR BALIK LO KE SINI!!"
Ia tersentak kala seseorang meneriakinya dengan begitu lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU [LOUIS PARTRIDGE] ✔️
Novela Juvenil[COMPLETED] Jika itu adalah kamu, tolong lindungi aku dari apapun. . . . "Alisha! Lo harus ikut gue, Lo masih ada urusan sama gue!!" "Alisha, jangan dengerin dia. Yang penting sekarang nilai kamu, kamu harus belajar sama saya. Demi nilai kamu!" "Ali...