Damai

260 44 4
                                    

Aku tengah menuju apartemen Alisha,ah Reynand yang ku maksud. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, dan aku berencana untuk mengejutkannya dengan kue kesukaan wanita itu yang sudah ku beli.

Bahkan saking senangnya aku sesekali menatap cake yang ku taruh di kursi penumpang yang berada di sampingku.

“Pasti Alisha seneng deh gue rayain ultahnya,” Ucapku penuh dengan kebahagiaan.

Tiba-tiba aku melihat Alisha dari kejauhan yang tengah berjalan sendiri. Tadinya aku berniat untuk mengejutkannya di apartemen, namun sepertinya Tuhan memang menakdirkan kita bertemu di sini.

Aku segera keluar dari mobil, namun sebelum itu aku menyalakan lilinnya terlebih dahulu. Setelah siap, aku kemudian berjalan mendekatinya.

“Happy birthday,” Suaraku membuat ia mengangkat kepalanya.

Ia terlihat menatap kue kesukaannya yang berada di tanganku, aku yakin ia pasti menyukainya.

“Make a wish dulu dong,” Aku tersenyum bahagia, karena sepertinya ia memang menyukai kejutan ini.

Tapi, tatapannya…

Ah, benar. Aku salah. Ia tak senang sama sekali.

Dia benci sekali,

kepadaku.

PLAKKK!!

“LO UDAH BUAT KESALAHAN BESAR, TAPI MASIH BISA SENYUM?”

Aku sedikit tersentak karena suaranya yang begitu lantang tak seperti biasanya.

Alisha? Kenapa?

“Alisha, maksud-“

“LO JAHAT BANGET SAV! KENAPA LO GAK KASIH TAU SEMUANYA KE GUE? KENAPA?” Tatapannya begitu berbeda saat aku dan dia pertama kali bertemu.

Mungkin waktu itu ia menunjukkan kebenciannya pada ku. Namun itu bukan benci, itu hanya suatu hal yang mungkin bisa disebut dengan ketidaknyamanan.

“Sha, dengerin. Gue gak bermaksud gitu!” Ah, sepertinya ini tak akan membuatnya percaya.

“TERUS APA MAKSUD LO SEBENERNYA? MAU BIKIN GUE SENGSARA KAN? BIKIN GUE KAYAK ORANG GILA YANG TIAP MALEM MIKIRIN GIMANA CARANYA GUE NEMUIN KELUARGA GUE, IYA KAN?” Mata itu, benar-benar bukan mata seorang wanita bernama Alisha yang begitu manis di hari itu.

“LO EMANG NGGAK PANTES JADI KAKAK GUE! KAKAK APAAN LO, YANG NINGGALIN ADEKNYA TANPA NYARIIN SEDIKITPUN? DASAR BRENGSEK!!”

Dia, menyebutku ‘Brengsek’?

Benar, aku brengsek. Aku adalah lelaki brengsek, kau benar Alisha.

“Sha, dengerin penjelasan gue!” Aku memeluknya.

Bodoh, Ini adalah hal bodoh, ia justru akan semakin membenciku. Tapi bukankah itu yang ia inginkan sekarang?

Ia melepaskan tanganku yang memeluknya dengan sangat kuat. “Gue udah gak butuh penjelasan lagi, mendingan lo sekarang pergi!”

Ah, dia mengusirku. Dadaku begitu sesak saat ini.

“Sha, tolong!”

“PERGI!!”

Takk!!

Ia menjatuhkan cake yang ku beli dari hasil aku menabuung ntuk pertama kalinya.

Aku menatap kue itu dengan tatapan yang penuh sesak.

Ia akhirnya berhasil menujukkannya.
Sikap bencinya padaku. Ini baru yang dinamakan benci.

Alisha, selamat. Kau telah membenciku dari lubuk hatimu yang paling dalam.

IF YOU [LOUIS PARTRIDGE] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang