Sick

327 49 5
                                    

“Apa!? Lo tinggal bareng sama dia!?”

~~~

Mobil Savian tiba-tiba terhenti mendadak ketika ia mendengarkan kalimat Alisha.

“Lo gila, Sha!? Lo sama dia bukan suami istri, tapi kalian tinggal bareng dalam satu rumah? Sumpah gue gak ngerti lagi.” Savian mengusap wajahnya berulang kali.

“Tapi gue terpaksa,” Alisha tertunduk.

“Terpaksa kenapa? Pasti ada alesannya Lo tinggal sama dia. Iya kan?” Savian menatap wanita di samping nya.

“Apa alesannya,Sha?” Lanjutnya.

“G-gue gak bisa jelasin.” Alisha mulai terbata-bata.

“Gak bisa jelasin kenapa? Lo harus cerita sama gue!” Paksa Savian.

“Lo kenapa sih maksa gue? Kalo gue gak mau ya gak mau. Asal Lo tau ya, gue sama Lo baru kenal seminggu. Tapi Lo udah berlagak kenal akrab sama gue. Ini privasi gue, jadi Lo gak ada hak tau! Gue permisi, makasih udah nganter.” Alisha segera keluar dengan wajah kesalnya bercampur kesedihan.

“Sha, tapi gue gak maksud gitu!” Percuma saja Savian memanggilnya, karena Alisha takkan mendengar ucapannya. Ia sudah berjalan menjauh dari mobilnya.

Savian sengaja tak mengejarnya, ia tahu, pasti Alisha tak mau diganggu.

~~~

Aku berjalan di atas trotoar. Sambil sedikit menendang kerikil yang ada di dekatku. Aku tertunduk sambil memegang tali tas kecilku dengan erat.

Dadaku terasa sakit ketika mengingat masa lalu yang pahit itu. Mengapa harus kembali berputar di kepalaku? Mengapa nasib tak selalu berpihak padaku? Apa Tuhan memang tak sayang kepadaku?

Semua air mata yang tertahan di pelupuk mata ku telah menetes deras. Tiba-tiba aku merasakan titik titik air mengenai wajahku perlahan, dan semakin deras. Ya, Hujan.

Aku berterimakasih kepada Tuhan,karena telah menurunkan hujan disaat yang tepat.
Karena wajah menyedihkan ku takkan terlihat oleh orang-orang, dan air mata yang menjijikkan ini takkan tampak seiring menyatu dengan derasnya hujan.

Kini aku tampak begitu menyedihkan, pakaianku kini benar benar basah. Mataku benar benar pedih karena terus terusan ditimpa tetesan air. Jalan ku mulai lunglai.

Aku melihat dari tempat ku berdiri terdapat halte untuk tempat ku berteduh.

Aku mencoba berjalan menuju halte bus itu untuk bereduh sambil mengeringkan rambutku yang basah. Mobil berlalu lalang sedari tadi, namun tak ada yang kemari.

Mungkin aku yang mungil ini tak terlihat oleh mereka. Atau mereka jijik padaku, dengan keadaan ku saat ini? Yang tampak seperti kucing yang dibuang oleh pemiliknya.

Aku seperti nya memutuskan untuk tidak kembali ke rumah Pak Rey. Kurasa sudah cukup kebaikannya ku rasakan hingga saat ini. Aku tak ingin ia melihat keadaan ku saat ini dan semakin kasian dengan ku.

Untung saja aku membawa uang tabungan ku, jadi mungkin aku akan mencari kos-kos an.

Aku berpikir sejenak.

Sial, semua pakaian ku berada di apartemen Pak Rey.

Aku segera mengambil handphone di dalam tas ku. Untung saja tas ini tahan air, jadi semua barang-barang yang ada di dalamnya takkan terkena air hujan.

Aku berinisiatif untuk menelepon Ella, siapa tahu dia bisa membantu ku untuk menumpang di rumahnya 1 hari saja.

Aku menekan tombol power berkali kali pada handphone ku. Namun tak menyala. Dan sial lagi, ternyata ponselku lowbat.

IF YOU [LOUIS PARTRIDGE] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang