Fiana tengah berada di taman komplek yang ada di perumahannya.
Siang ini meski matahari diatas sana tampak panas. Tapi tidak membuat Fiana beranjak dari tempatnya duduk. Ia sudah duduk disini hampir satu jam sambil menatap air mancur yang berada tidak jauh darinya.Ia sebenarnya tidak sedang menunggu seseorang disini. Justru ia berdiam disini karena lelah mencari lowongan pekerjaan.
Ia tidak tahu bahwa mencari pekerjaan akan sesulit ini. Karena setelah lulus kuliah, ia memang langsung membuka butik miliknya sendiri dengan bantuan kedua orangtuanya. Jadi ia tidak pernah tahu bahwa begitu susahnya mencari pekerjaan di kota ini.
Sebenarnya tidak sulit untuk Fiana melamar kerja di butik - butik yang berada di kota Surabaya ini. Apalagi dengan kemampuan mendesainnya, tapi kembali lagi. Ia tidak mungkin melamar kerja di butik lain sedangkan ia memiliki butik sendiri di Jakarta.
Fiana juga tidak kekurangan uang karena meski ia hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun, ia masih bisa tetap makan seperti biasanya karena pendapatan yang di peroleh dari butik miliknya itu tidaklah sedikit.
Hanya saja, ia merasa sangat bosan jika hanya duduk diam di dalam rumah dan membuatnya kembali mengingat Galen serta kedua anak kembarnya yang sudah ia tinggalkan seminggu yang lalu.
Ia ingin menyibukkan dirinya agar bisa sedikit melupakan Galen. Tapi sepertinya itu sulit untuk ia lakukan.
Terdengar suara helangan nafas dari mulut Fiana dan gerak geriknya itu tidak luput dari pandangan seorang wanita yang sejak sejam yang lalu tengah mengamati sosok Fiana.
Wanita itu kini memberanikan diri untuk melangkah kearah Fiana.
"Permisi, bolehkan aku duduk disampingmu, Nona?"
Fiana mendongak keatas untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara. Netral matanya menangkap sosok wanita berwajah cantik dengan penampilan yang sederhana dan rambut yang di ikat satu kebelakang tengah berdiri tidak jauh darinya.
"Ehm, silakan. Lagipula ini tempat umum, kau bebas duduk dimana pun." Jawab Fiana sambil menggeser tubuhnya kearah kanan untuk memberikan ruang bagi wanita asing itu.
Wanita itu tampak tersenyum lalu mulai duduk di samping Fiana. "Ehm... maaf sebelumnya jika saya lancang. Saya perhatikan sejak tadi sepertinya anda tengah gusar. Apakah ada yang tengah anda pikirkan, Nona?"
Fiana terlihat menyengitkan keningnya dengan heran saat mendengar ucapan wanita asing di sampingnya itu.
"Jangan salah paham dulu. Saya tidak bermaksud buruk pada anda, Nona. Ehm... tapi saya pikir tidak ada salahnya anda menceritakan kegelisahan anda pada saya. Mungkin saya bisa membantu anda."
Kembali Fiana menangkap ucapan wanita itu. Tapi ia hanya diam.
Sulit baginya menceritakan kegelisahannya pada sosok wanita asing yang sama sekali tidak di kenalnya itu. Lagipula mungkin saja wanita asing di sampingnya itu ingin berniat jahat padanya. Siapa yang tahu.
Hasna, wanita di samping Fiana itu akhirnya hanya tersenyum dengan maklum saat tidak mendapati sautan apapun dari Fiana.
Dia memang sudah lancang bertanya yang tidak - tidak pada orang yang masih asing dengannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin yang tertukar (End)
RomanceBagaimana jadinya jika di hari dan tempat yang sama akan di adakan acara pernikahan . Ya! Acara pernikahan ketiga putri dari Setiawan dan Fera . Bukan tanpa alasan tuan Setiawan menikahkan ketiga anaknya. Kira-kira apa alasan tuan Setiawan meni...