Fiana terlihat menatap kosong kearah jendela kamarnya. Ia menyesali keputusannya yang memilih menjauh dari Galen dan kedua anaknya.
Karena baru satu minggu berlalu, ia justru merasakan perasaan rindu yang memuncak. Ia ingin kembali terbang ke Jakarta.
Dan meminta maaf pada Galen karena meninggalkan kedua anaknya di rumah sakit seminggu yang lalu, ia akan meminta pada Galen untuk memberikannya kesempatan kedua.
Tapi apa Galen akan menerimanya kembali, setelah ia dengan teganya meninggalkan kedua anaknya yang baru lahir tanpa perasaan.
Hanya karena ia takut Galen akan memilih untuk meninggalkannya dan kembali bersama Felly, adiknya. Jadi ia memilih untuk pergi lebih dulu.
Hiks...
Fiana tidak bisa menahan isak tangisnya saat teringat kedua bayinya yang sudah ia tinggalkan seminggu yang lalu di ruang rawatnya.
Flashback.
Fiana menutup pintu ruang rawatnya dengan sangat pelan. Mata wanita itu terus mengamati kedua bayinya yang berada di dalam box bayi lewat kaca kecil yang berada di pintu ruang rawatnya.
"Maafkan, Bunda sayang. Aufa, Aura karena Bunda memilih pergi menjauh dari Ayah kalian. Bunda ingin melihat Ayah kalian bahagia. Mudah - mudahan kalian berdua bisa tumbuh menjadi anak yang hebat dan cerdas seperti Ayah. Tolong jangan benci Bunda, sayang."
Gumam Fiana masih berdiri di depan pintu ruang rawatnya. Mata Ibu muda itu tampak berkaca - kaca saat melihat salah satu dari kedua bayinya itu menangis di dalam sana.
Aufa, bayi lelaki yang baru di lahirkannya itu tampak terbangun dari tidurnya dan langsung menangis dengan kencang. Seolah tahu bahwa sang Bunda memilih untuk pergi meninggalkan mereka.
"Fiana..."
Panggil Tina sambil menepuk pundak sahabatnya itu dengan pelan."Tina kau dengar Aufa menangis. Anak ku seperti tahu bahwa aku akan pergi meninggalkannya hiks..."
Ujar Fiana dengan isak tangisnya. Tina juga bisa mendengar suara tangis Aufa dari luar.
"Sebaiknya kau masuk, tenangkan dia dulu. Atau kita bawa saja mereka, aku yakin Galen tidak akan keberatan."
Usul Tina terlihat tidak tega saat mendengar suara keponakannya itu yang menangis.Apalagi dia melihat Aura juga ikut terbangun dan menangis bersama.
"Tidak hiks... aku tidak bisa membawa mereka. Karena Galen akan mudah menemukan keberadaan ku jika aku membawa serta kedua anakku."
Tolak Fiana masih menatap kearah kedua bayinya yang menangis di dalam sana. Suara tangis kedua bayinya terdengar menyayat hatinya tanpa sadar.
"Lalu apa yang kau inginkan, Fiana?"
"Kita pergi sekarang..."
Ujar Fiana memutuskan untuk melangkah lebih dulu. Menjauh dari ruang rawatnya, sedangkan Tina masih menatap kedua keponakannya dengan rasa bersalah dan dia memutuskan untuk mengikuti Fiana yang sudah melangkan jauh di depan sana.
Dia tahu sebenarnya berat untuk Fiana melakukan hal itu. Tapi dia juga tidak bisa membuat Fiana mengurungkan niatnya itu untuk pergi dari Galen.
Karena berada di samping Galen, Fiana akan terus merasa tersakiti.
Di dalam mobil.
Tina menatap tubuh Fiana yang bergetar karena menahan isak tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin yang tertukar (End)
RomanceBagaimana jadinya jika di hari dan tempat yang sama akan di adakan acara pernikahan . Ya! Acara pernikahan ketiga putri dari Setiawan dan Fera . Bukan tanpa alasan tuan Setiawan menikahkan ketiga anaknya. Kira-kira apa alasan tuan Setiawan meni...