Galen menatap Fiana dengan tatapan khawatir. Pasalnya Fiana sedari tadi hanya diam tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Ia ingin sekali mendekati Fiana tapi otaknya melarang dengan keras sedangkan hatinya malah sebaliknya.
Jam sudah menunjukan pukul 22.00 Fiana masih saja seperti saat Galen masuk ke kamar tadi membuat Galen akhirnya mendekati Fiana.
"Fi."
Galen kini duduk di berhadapan dengan Fiana. Fiana masih menatap kosong ke arah Galen.
"Fiana."
Galen sekali lagi memanggil nama istrinya. Fiana tetap tidak merespon.
"Fiana sadarlah."
Galen kini memegang kedua pundak Fiana. Fiana kini tersadar dari lamunanya tapi hanya sebentar dan kembali seperti tadi.
"Fiana dengarkan aku , kau tidak bisa terus menerus seperti ini. Ingat ada bayi yang tengah kau kandung."
Ucapan Galen barusan sukses membuat Fiana tersadar dari lamunanya. Fiana malah menangis.
"Hiks..hiks..hiks."
Fiana menangis sambil menundukan kepalanya membuat Galen kini membawa istrinya itu masuk ke dalam pelukannya untuk pertama kalinya. Dia tahu apa yang tengah di pikirkan istrinya. Ia benar-benar merasa bersalah karena telah membuat istrinya menjadi seperti ini walaupun bukan dia yang melakukannya tapi alasan Felly melakukan itu karena dirinya.
Fiana menangis pilu di pelukan Galen membuat hati Galen entah mengapa merasa sakit sama seperti yang di rasakan istrinya.
"Tenanglah, aku akan ada disini bersamamu."
Galen berkata dengan nada lembut.
"Aku takut, aku takut terjadi sesuatu pada anakku."
Fiana akhirnya mengatakan apa yang sebenarnya mengganggu pikirannya.
"Tidak akan terjadi sesuatu pada anak kita, kau harus tenang (mengelus-elus rambut panjang Fiana) Aku akan menjaga kalian."
Perkataan Galen meluncur begitu saja dari mulutnya tanpa dia sadari. Fiana terlihat mengeratkan pelukannya pada Galen seakan mengatakan jika Fiana benar-benar ketakutan.
Galen tidak menyangkah efek dari kejadian itu sangatlah fatal bagi kondisi Fiana. Ia harus memeriksakan keadaan Fiana besok ke dokter.
"Kau harus tidur sekarang, matamu sudah mulai memerah."
Galen menyuruh Fiana untuk tidur tapi Fiana menggeleng keras.
"Apa kau tidak kasihan pada anak kita, dia butuh istirahat. Apa kau mau."
Ucapan Galen terpotong karena Fiana tiba-tiba melepaskan pelukannya dan menatap Galen.
"Aku akan tidur tapi kau tidak boleh pergi kemana-mana."
Pinta Fiana dengan wajah sendunya.
"Aku tidak akan pergi kemana pun, sekarang kau tidur."
Galen membantu Fiana berbaring di ranjang. Galen menyelimuti tubuh Fiana setelah itu ia akan bangkit Fiana tiba-tiba memegang tangan Galen.
"Kau mau kemana? Apa kau ingin pergi? Bukankah kau tadi sudah berjanji padaku jika kau akan tetap disini."
Fiana masih mengenggam tangan Galen.
"Aku hanya ingin mengambil air untukmu."
Galen berkata yang sebenarnya tapi sepertinya Fiana tidak percaya dengan perkataan suaminya .
"Kau pasti berbohong kan. Aku tahu kau akan meninggalkanku."
Mata Fiana kini mulai berkaca-kaca membuat Galen tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin yang tertukar (End)
RomanceBagaimana jadinya jika di hari dan tempat yang sama akan di adakan acara pernikahan . Ya! Acara pernikahan ketiga putri dari Setiawan dan Fera . Bukan tanpa alasan tuan Setiawan menikahkan ketiga anaknya. Kira-kira apa alasan tuan Setiawan meni...