Part 3 Kebahagiaan Sesaat

11.7K 335 8
                                    

Fiana mendekati Ibu mertuanya yang tengah berkutat di dapur.

"Ibu."

Fiana sudah berada di samping ibu mertuanya.

" Sayang, kau sudah bangun rupanya. Bagaimana tidurmu tadi malam? Apa nyenyak. " Ibu mertuanya terlihat melirik sekilas ke arah Fiana yang tersipu.

Fiana teringat akan kejadian tadi malam. Kejadian yang tidak akan pernah ia lupakan bersama Galen suaminya. Ya! Galen sudah menjamah tubuh Fiana untuk yang pertama kali.

"Ibu, apa ada yang bisa aku bantu. "
Fiana mengalihkan pembicaraan. Ibu Galen tahu jika Fiana tengah malu sekarang. Ia bisa menebak jika malam pertama anaknya berjalan dengan baik.

" Kau duduk saja, sebentar lagi masakannya selesai. Lagi pula kau pasti sangat lelah ."

Ibu Galen menolak dengan halus.

"Tidak Ibu, aku tidak apa-apa. Apa yang bisa ku bantu. "

Lagi-lagi Fiana menawarkan diri. Ibu Galen menghela nafas.

"Jika kau ingin membantu, tolong bawakan makanan yang sudah jadi ke meja."

Fiana mengangguk dan pergi membawa makanan yang sudah Ibu mertuanya masak. Dan menatanya di meja.

"Sedang apa?" Galen sudah berada di samping Fiana.

"Aku sedang menata makanan yang di buat Ibu. "

"Lebih baik kau duduk, biarkan Bibi yang menatanya. "

Galen menyuruh.

"Untuk apa menyuruh Bibi, jika aku bisa."

Bi Rum yang baru saja masuk ke dalam dapur terlihat bingung. Kenapa ia di sebut-sebut dalam pembicaraan mereka?. Bi Rum melirik ke arah majikannya tapi Ibu Galen malah menaikan kedua bahunya. Ibu Galen tahu apa maksud dari tatapan asisten rumah tangganya tapi ia lebih memilih melanjutkan aktivitasnya yaitu memasak. Bi Rum menghela nafas karna tidak mendapatkan jawaban atas tatapannya itu. Bi Rum membantu majikannya.

"Wah, kelihatannya enak."

Ayah Galen datang dengan memakai setelan jas lengkap.

"Tentu saja enak, menantu kita yang membantu."

Ibu Galen datang membawa sepiring ayam goreng yang masih mengepul.

"Pantas, makanannya berbau harum sampai ke kamar Ayah."

Ayah Galen terlihat melebih- lebihkan.

"Tidak Ayah, aku tidak membantu Ibu memasak. Aku hanya membantu menata makanannya di meja. "

Fiana membenarkan ucapan ibu mertuanya.

"Sama saja, siapa pun yang memasak jika menantu yang menata pasti makanan itu akan terasa enak. "

Ayah Galen memang suka bercanda. Fiana hanya mampu tersenyum mendengar penuturan Ayah mertuanya. Sedangkan Galen hanya tersenyum.

"Ibu, hari ini Ayah harus berangkat ke Paris."

Ayah Galen terlihat memberitahu istrinya.

"Kenapa tiba-tiba, bukankah seharusnya minggu depan." Ibu Galen meletakan piring yang sudah di beri nasi juga lauknya.

"Pak Han, memberitahu jika ada masalah yang terjadi disana dan Ayah harus menyelesaikannya. "

" Tapi Ibu tidak bisa ikut dengan Ayah, Ibu harus mengecek butik. "

Ibu Galen menatap suaminya.

Fiana dan Galen hanya diam. Mereka tidak perlu ikut campur urusan orang tua Galen.

Pengantin yang tertukar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang