Part 11 Ngidam

9.1K 309 7
                                    

Fiana menuruni satu persatu anak tangga. Entah mengapa hari ini Ia ingin sekali memakan rujak.

Fiana lantas pergi keluar dari rumah . Fiana sengaja tidak membawa mobil karena jarak pedagang rujak tidaklah jauh dari rumahnya hanya di depan gang perumahan. Tidak jauh dari situ. Galen terlihat menjalankan mesin mobilnya. Galen kembali mengikuti Fiana dari belakang.

Fiana sendiri merasa jika ada yang mengikutinya. Fiana lantas menenggok ke belakang dan kosong. Tidak ada siapapun disana.

"Ah mungkin perasaanku saja."

Gumam Fiana. Ia kembali melangkah kakinya. Sedangkan Galen terlihat menghela nafas lega di dalam mobilnya. Galen hampir saja ketahuan oleh Istrinya jika Ia tidak cepat membelokan mobilnya.

Fiana sampai di pedagang rujak. Ia kini duduk menunggu gilirannya. Ponselnya tiba-tiba berdering. Terlihat di layar nama Tina memanggil. Fiana kini mengangkat.

"Hallo, Na."

Fiana mengawali pembicaraannya.

"Fi, Kau tahu tadi aku bertemu dengan Kak Galih."

Tina memberitahu Fiana dari telfon.

"Jadi Kak Galih sudah pulang."

Fiana tampak tidak percaya dengan perkataan sahabatnya itu. Bagaiamana tidak Galih sudah pergi selama kurang lebih 3 tahun lamanya.

"Iya, dia sudah pulang. Kau tahu Kak Galih mengajak kita bertemu dengannya sore ini. Apa kau mau?"

"Boleh, dimana?"

Fiana langsung menyetujui usulan sahabatnya itu.

"Di rumah makan yang terakhir kali kita bertemu."

Tina memberitahu dimana tempat mereka akan bertemu.

"Baiklah, sampai bertemu disana. "

Setelah mengatakan itu Fiana mematikan sambungan telfonnya.

Fiana menaruh ponselnya di dalam tas.

"Neng, mau beli apa?"

Pegadang itu menanyakan.

"Rujak satu ya, pak."

"pedes atau tidak, Neng?"

"pedes, Pak. "

"Tunggu ya, Neng."

"Iya."

Pedagang itu membuatkan rujak untuk Fiana.

**

Fiana baru saja memarkirkan mobilnya saat Ia akan turun ponselnya tiba-tiba berbunyi membuat Fiana mengambil ponselnya di dalam tas miliknya. Di layar ponsel tertera nama Ibu mertua memanggil. Fiana dengan cepat mengangkat.

"Hallo Ibu?"

Fiana mengawali pembicaraannya.

"Sayang, kau ada dimana?"

"Fiana ada di rumah makan, kenapa bu?"

"Sayang, bisakah kau bantu Ibu."

Fiana menaikan sebelah alisnya.

"Apa yang bisa ku bantu."

"Bisakah kau belikan bahan-bahan makan di supermarket."

"Bisa Ibu, Ibu kirimkan saja apa yang harus aku beli."

"Ibu akan segera mengirim pesan padamu. Maaf jika Ibu merepotkanmu."

Ibu merasa tak enak karena harus merepotkan menantunya itu.

Pengantin yang tertukar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang