^Reader POV^
"Aku? Benci padamu?"
Dengar dari mana dia?
Aku saja tidak pernah bilang begitu.
Aku menikah denganmu bukan karena terpaksa.
Tenang, aku tidak boleh emosi.
Tapi Katsuki terlihat emosi.
Ah, lupakan soal itu.
Mukanya memang begitu.
Ehm, ke-kecuali dalam beberapa hal.
"Siapa yang tidak kan? Semua orang membenciku!"
Dia ini kenapa?
Pulang dari misinya langsung begini.
"Pemarah! Bertindak dengan kehendak sendiri! Seenaknya sendiri! Yang lain membenciku!"
"Izuku ti--"
"JANGAN SEBUT NAMANYA!"
Aku rasa ada beberapa orang yang memvisikkan sifat jeleknya ini saat misi.
Memang setelah perang besar itu, kepercayaan orang terhadap hero mulai diragukan.
Meski kejadian itu sudah lama.
Katsuki sendiri sempat terluka parah akibat perang itu.
Aku pernah menjenguknya, sebagai ucapan terima kasih karena sudah menyelamatkanku.
Itu pun diberitahu Shinsou.
"Selalu...SELALU! SELALU! SELALU! KUSO DEKU! SELALU SAJA DIA!"
Aku menarik tanganku saat akan menepuk bahunya.
Ini sudah malam, tidak baik juga ribut.
"Aku...aku juga melakukannya karena tidak ingin ada yang terluka! Tidak di depan mataku! Tidak boleh ada yang terluka ataupun mati di depan mataku! Tapi...kuso Deku!"
Bahunya bergetar, Katsuki...menangis?
Aku tidak tahu tapi aku menarik tangannya untuk ke dalam.
Namun, dia menahan diri.
Aku menarik kedua tangannya untuk jalan ke ruang tengah.
Teriak-teriak di depan pintu tidak baik.
Aku payah kalau menghibur orang.
Aku duduk di sofa diikuti dia.
Aku lepas cengkraman tanganku pada pergelangan tangannya dan memeluknya.
Aku membiarkan kepalanya tenggelam di dadaku.
Elusan kepala kuberikan padanya.
"Katsuki wa ne...sugoku tsuyoi desu yo", hanya pujian yang bisa aku berikan. "Omae mo Izuku mo onaji desu yo"
"Aku berbeda dengan Deku"
"Hm, aku tau tapi tujuan kalian sama untuk menjadi hero"
"Huh..."
"Katsuki wa ii hito desu yo, watashi wa omae koto kirai janai"
"Usotsuki..."
"Kalau aku membencimu mana mungkin aku mau menikahimu Bakatsuki"
"Tapi kau pernah bilang tidak sda rasa untukku..."
Ukh, benar juga sih haha.
"Itu kan dulu, sekarang berbeda", cerita lama itu.
"Sekarang kau membenciku..."
"Apa aku pernah bilang begitu padamu?"
"Tidak..."