^Reader POV^
Pisah ranjang?
Kenapa tiba-tiba?
"Tunggu papa, kenapa?"
"Ini sudah di diskusikan tadi"
Diskusi? Tanpa kami?
Apa-apaan ini maksudnya?
Kenapa memutuskan secara sepihak begini?
Aku maupun Katsuki tidak pernah sekalipun mengatakan hal itu.
Awalnya memang sulit saat kami baru menikah, tapi tidak pernah sekalipun diantara kami yang mau pisah.
"Ini sudah kami putuskan"
"Tanpa kami?"
"Katsuki..."
Gawat dia marah.
Aku tahu papa kurang suka dengan Katsuki.
Tapi masa hanya karena itu?
Apa hanya karena insiden ini?
"Kalian seenaknya memutuskan hal itu tanpa persetujuan aku maupun [y/n]? Konyol sekali"
"Kau membantah?", papa!
"Ya! Aku membantah karena kalian drngan seenaknya mekutuskan secara sepihak! Bagaimana bisa kalian memutuskan hal tersebut? Atas dasar apa?"
"Katsuki, su--"
"Kau setuju begitu saja [y/n]?"
Aku terdiam, aku tidak setuju sebenarnya.
"Kau sendiri saja tidak setuju, jangan menurut begitu saja! Maaf saja pak tua! Urusan keluarga adalah urusanku! Kenapa kau ikut campur urusan keluarga hah?! Meski [y/n] anakmu tapi dia sekarang tanggung jawabku sebagai suaminya!"
"Katsuki..."
Genggamannya erat pada tanganku.
Disaat begini malah jantubgku berdebar tidak karuan!?
Katsuki berusaha mempertahankan pendapatnya.
Apa yang dikatakannya benar.
Selama ini aku selalu menurut saja apa yang dikatakan dan disuruh orang.
Aku dulu bahkan tidak sadar kalau telah dibully.
Aku memang bodoh, berpikir semua orang itu baik.
Suasananya jadi tegang begini.
"Kau melukainya dan membunuh bayimu sendiri...apa itu disebut tanggung jawab?"
"Sayang hentikan! Itu berlebihan!", mama...
"Apa? Anakku tidak mu--"
"Ini bukti yang saya dapat nyonya"
Itu rekaman CCTV?
Sial! Aku lupa papa kerja di operasionalnya!
"Katsuki...kore hontou?", ibu Katsuki tampak tidak percaya.
Katsuki hanya bisa mengangguk lemah.
"Tapi kau tidak sengaja benar kan?", ayahnya memastikan.
Katsuki mengangguk lagi.
Dari bibirnya dia menceritakan semuanya lagi.
Semua insiden yang membuatku dirawat di rumah sakit.
Itu membuat orang tuaku maupun orang tua Katsuki shock.
"I-ini karena aku tidak menurut! Aku juga ceroboh dan lamban...bukan sa--"
"Cukup [y/n]"
Uhh, sifatku yang tidak bisa melawan ini juga...aku benci.
"Aku lengah! Aku akan tanggung jawab! Sesuai jan--"
"Kau sudah mengikarinya Bakugou Katsuki"
"Papa! Katsuki tida--"
"Sejak kapan kau jadi pembantah begini [y/n]?"
Uhh, papa marah...
Aku mengeratkan genggaman tanganku pada lengan Katsuki.
"[Y/n] adalah istriku"
"[Y/n] adalah anak kami"
"[Y/n] tanggung jawabku sekarang!"
"[Y/n] tanggung jawab kami sejak dia ada di kehidupan kami"
"Ck! Dengar pak tua! Aku tidak setuju dengan keputusan yang kalian ambil secara sepihak! Kenapa tidak kita diskusikan lagi sekarang hah!?"
"Katsuki ochistuite"
"Atas dasar apa juga memutuskan begitu hah? Ah, kau hanya cari alasan kan pak tua?"
Katsuki jangan buat papa semakin marah lebih dari ini.
Tatapannya menjadi tajam dan dingin sekarang.
Keputusan papa itu mutlak.
Aku menjadi seperti ini juga karena papa.
Selalu diatur...
Memang memuakkan rasanya.
"Aku tidak mau...", aku harus berani.
Harus!
Jika kau tidak mau katakan!
"Aku tidak mau!"
Semua pasang mata di ruangan ini beralih padaku.
"Apa-apaan kalian memutuskan secara sepihak!? Apa karena kami masih anak-anak? Apa pernikahan kami terlihat seperti main rumah-rumahan?"
"[Y/n], papa tidak--"
"AKU MUAK DIATUR TERUS MENERUS!"
Amarahku membuncah sampai air mataku keluar lagi.
"Aku muak...terus menurut, terus menurut...apa papa tahu aku dipanggil domba tersesat saat sekolah karena selalu menurut dan mengikuti arus? Aku tidak mau! Buat apa aku harus pisah ranjang? Hanya karena Katsuki tidak sengaja melukaiku?"
"Dia senga--"
"DENGARKAN DULU KALAU ORANG BICARA PAK TUA!"
Nafasku tersenggal karena emosi.
"Wow, [y/n]...haha, teruskan", arigatou Katsuki.
"Seorang anak ketika sudah menikah itu artinya urusan keluarga yang dia bangun nanti adalah urusannya dan tanggung jawabnya untuk mempertahankan. Kenapa papa malah ikut campur?"
Aku lelah.
Aku capek.
Awalnya aku ingin menyerah dan hampir mengatakan ingin bercerai dengan Katsuki diusia pernikahan kami baru sebulan.
Kenapa aku bertahan padahal aku tidak mencintainya dulu?
Cinta itu tumbuh seiring waktu.
Dan aku tahu sifatnya tidak seburuk yang dikatakan orang.
"Kenapa tidak diskusi saja sekarang? Ada kami di sini, aku ingin tahu kenapa papa memutuskan hal itu"
Aku mohon papa.
Semoga ocehanku tidak sia-sia.
Mengingat papa ini orang yang sangat keras kepala sekali jika sudah memutuskan sesuatu maka harus dilaksanakan.
Suka maupun tidak.
"Ano sumimasen", eh ada suster? Sejak kapan? "Mohon jangan berisik di rumah sakit, pasien yang lain bisa terganggu. Lalu, ini jadwal pemeriksaan rutin [y/n]-san"
Keributan terhenti karena ada suster dan dokter yang meminta mereka keluar kamarku.
Katsuki mencium keningku sebelum ikut keluar dengan para orang tua.
Aku serahkan selanjutnya pada Katsuki.
Semoga papa berubah pikiran.